Gemamitra.com
Makna gusaran di Kampung Naga sama dengan khitanan. Gusaran biasanya dilaksanakan pada bulan Rayagung atau Dzulhijjah. Jika yang akan digusar memiliki dana lebih untuk melakukan upacara adat besar-besaran, maka prosesnya bisa sampai dua hari-dua malam. Namun jika tidak, maka adat dilaksanakan dengan biasa saja.
“Hari ini upacara adat, nanti malam terbangan semalam penuh lalu besok proaes khitanan,” kata seorang penduduk asli ketika diwawancarai Gema Mitra.
Lesung diketuk dengan halu (pemukul khusus) sampai membentuk nada. Lalu terdengar angklung dibunyikan bersahutan dan terbang sejak pun dipukul bergantian. Iringan pengantin Gusaran (khitanan) lalu berjalan beriringnan mengelilingi Kampung Naga. Ada yang digendong, ada pula yang jalan kaki.
Sebelum melakukan perjalanan, anak-anak yang akan digusar terlebih dahulu menumbuk beberapa bahan rempah yang sudah disiapkan di dalam lesung sembari dibantu tetua adat.
Yang digusar bukan hanya anak laki-laki, tetapi juga perempuan. Hanya saja bedanya kalau laki-laki dengan pisau sedangkan perempuan dengan jarum khusus.
Di antara iringan rombongan, ada beberapa perempuan tetua adat membawa beberapa kain sarung yang dilipat lalu disimpan pada sebuah bakul yang dalam basa Sundanya disebut boboko. Ada juga yang membawa nampan yang sudah berisi daun sirih dan beberapa macam sesajian. Bahkan ada juga beberapa orang yang membawa tongkat yang sudah dihiasi dengan pernak-pernik sakral.
Setelah mengelilingi Kampung Naga satu kali, lalu berkumpul memutar di lapangan khusus sembari melakukan beberapa putaran. Sementara itu, suara lesung yang diketuk bernada juga instrumen lainnya belum berhenti sampai selesai putarannya. Ketika sudah selesai, maka beberapa tetua adat berkumpul di tengah menghadap lesung.
Orang yang paling dituakan lalu membaca mantra-mantra di hadapan sesajian yang tadi dibawa mengelilingi Kampung Naga.
Tidak terlewat kemenyan pun dinyalakan pada sebuah tempat yang sudah berisi abu dan bara. Ketika inilah puncak kekhidmatan dan kesakralan dari upacara Gusaran hari pertama dapat dirasakan.
Setelah kurang lebih 15 menit yaitu selama tetua adat melaksanakan ritualnya, lesung lalu diketuk-ketuk lagi dan sesajian dirapikan kembali untuk melakukan satu putaran lagi proses mengelilingi Kampung Naga.
Di akhir acara, ketika terbang sejak masih dipukul dan angklung masih dibunyikan mereka menarikan tarian khas dengan penuh kebahagiaan. Sementara itu, di tempat berbeda enam kambing telah disiapkan untuk disembelih keesokan harinya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan permainan musik dari terbang sejak semalam penuh, dimana seluruh masyarakat berpesta dan bernyanyi-menari bersama dengan penuh kebahagiaan. (elhida)