Ide dan Spirit yang Menjadi Umpan Untuk Berproses

Gema Mitra – Kota Tasik

Bertempat di dalam Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya yang berlokasi di Jl. Dadaha, pementasan Seseorang yang Mati Sehari Menjelang Pemilukada karya/ Sutradara Bode Riswandi yang dipentaskan pada hari jum’at, Sabtu, Minggu 12, 20-21 April 2019 lalu oleh Teater 28 Universitas Siliwangi Kota Tasikmalaya. Proses yang sudah berjalan dari Desember Akhir 2018 sekitar 4 Bulan lamanya bahkan sebelum Pemilu serentak dimulai.

Pementasan tersebut menjadi bagian dari Pentas Keliling yang sudah setiap tahunnya menjadi program UKM Teater tersebut yang akan pentas juga di Bandung, 27 April 2019 di STT Tekstil Bandung, Surabaya, 28 April 2019 dan di Trunojoyo, Madura, 30 April 2019 yang tahun sebelumnya melakukan pentas keliling ke Bali, dan Palembang, Sumatera Selatan.

Garapan tersebut dilindungi oleh Prof. Dr. H. Rudi Priyadi, Ir. M.S, Penasehat Prof. Dr. H. Budy Rahmat, Ir., M.S, dengan Penanggung Jawab Jojo Nuryanto, M. Hum, dengan kerabat pentas Naufal Alpukah, Dani Beton, Riskinang Bayu Koi, Aldy Pucuk, Rahayu Amor, Hisyam Suhu, Taufik guntur, Ilman Bas, Shella Jukut, Pradita delima, Fiorlyn Sitrat, Nisa Kekes, Inayah Hara, Nova Sajak, Epul Saepulm, Faisal, Ari Kisem sebagai Asisten Sutradara, Aminah Ngaruy, Handi Titik, Vera Dodot, Wanda Galeng, Sabina Lege, Aidah Kalang, Ridho, Amar, Kinkin Neta, Tini Leunca, Sasi Toge, Fitri Lintang, Melinda Koral, Risma Konyal, Talitha Haur, Wanna Rangon, Medina Ciput, Qolbi Herang, dan Dadang Tareum. Yang melibatkan Aktor dan Aktris yang main seperti Erik Magrib, Asep I-Litos, Inayah Hara, Kinkin Neta, Fitri Lintang, Arini Senja, Nisa Kekes, Rahayu Amor, Carlos Bogo, Talitha Haur, Alfi Calung, Rangga Cangkir, Andrean Elang, Lupita Kinar, Riswan Komet, Deby Sirsak, Risma Konyal, Melinda Koral, fatia Sireum, Rehan Simeut, Wildan Sanca, Ersa, M Sahril, Taufik Guntur, dan Iksan Jimat. Pagelaran tersebut didukung oleh Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya, Diksatrasia Unsil, Sosro, dan lain sebagainya.

Pada momen tersebut banyak sekali yang menonton pementasan tersebut, tak hanya masyarakat Tasikmalaya saja, tapi dari luar seperti Cianjur, Cirebon, Soreang, Bandung, Brebes, Tegal hadir pada malam itu sebagai apresiator.

“saya cenderung ketika menyutradarai menyenangi bentuk-bentuk kolosal seperti ini, dan selalu kesulitan minimal aktor 30 orang, saya tidak pernah memikirkan konsep, apakah ini konsepnya brecht, Grotowski apapun itu. Tugas kami hanya menyajikan hasil selama kami latihan, dan juga tugas kami yang jelas adalah kami menuangkan satu ide cerita lewat lintas panggung ke masyarakat dan biarkan masyarakat yang menilai. Dan saya selalu mengkontekstualkan dengan situasi hari ini misal ada ojek online, Game Online, itu bukan sekedar dia memberi support dalam pementasan kita tapi itu mewakili pada masa sekarang dan spirit itu yang saya ingin hadirkan dan saya ingin menghadirkan aktifitas masyarakat keseharian di dalam panggung.”. Sutradra Bode Riswandi ketika memberi penjelasan ke Gema Mitra

Secara garis besar pementasan realis kolosal yang berlatar di Kampung Tegalan, sebuah pemukiman warga di pinggir Kota menceritakan tentang kepala daerah/ Bupati yang ingin kembali mencalonkan diri di wilayah tersebut, yang mana terdapat intrik politik dan hasutan yang menghalalkan segala cara demi mengambil hati masyarakat itu hingga sebuah kejujuran harus dibungkam dengan aksi pembunuhan yang meninggalkan korban dan korban fitnah yang geger di kampung tersebut, yang memiliki pemahaman Automatic Thinking/ berpikiran pragmatis ketimbang Controlled Thinking atau bisa disebut dengan Meng-indentifikasi Masalah terlebih dahulu yang membuat masalah kecil menjadi dibesar-besarkan.

Setiap naskah-naskah yang Bode Riswandi buat selalu menghadirkan tokoh-tokoh penyadar, tokoh penyadar tersebut posisinya berada di luar naskah yang muncul di atas panggung tugasnya adalah untuk memberikan penyadaran yang dikemas dalam pertunjukkan yang berbeda dan dengan format yang berbeda.

Perkembangan teater 28 unsil tentu memiliki perkembangan yang sangat pesat, pentas keliling yang dimulai sekitar tahun 90an telah banyak Teaterawan-Teaterawan yang menyutradarainya dari mulai Abah Ageung, Tatang Pahat, sampai ke Nko Kusnadi dan sejak 2003 Bode Riswandi menyutradarai dan menulis naskah-naskah drama dan tentu generasi-generasi baru Teater 28 Unsil memiliki kemajuan-kemajuan dari sebelumnya karena “karena fasilitas telekomunikasi dan informasi mempengaruhi proses kreatif mereka dalam melakukan observasi” Tambahnya bode

“Harapan untuk Kami semua adalah mudah-mudahan diberi kesehatan di perjalanan dan tujuan kami adalah memperbanyak link kawan-kawan Teater yang berada di luar kampus unsil tentunya”

dan harapan saya adalah ketika melihat kondisi Teater di tasikmalaya hari ini yang miskin adalah tentang pentingnya seseorang yang menulis naskah. Kalau aktor tentunya banyak , tapi di dalam satu kelompok teater sedikit sekali di Tasikmalaya yang mewakafkan dirinya untuk menjadi penulis naskah, apalagi mementaskannya dan menyutradarainya. Dan sejak 2003 saya selalu ingin membiasakan ke anak didik saya untuk mencoba menulis naskah, terlepas dari kualitas pun baik atau buruk itu tidak penting yang penting nulis aja dulu, coba cek aja kelompok teater di tasik ada ngga orang-orang yang menulis naskah dan apa yang saya lakukan ini mudah-mudahan menjadi spirit untuk Kelompok Teater di Tasikmalaya” pungkasnya Bode dalam memberi penjelasan. (M. Rizky Arbianto)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *