Oleh : Erni Eka Khrisna Sari, S.Pd.I (Guru PAIBP SDN Cikiara Kota Tasikmalaya)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti atau lebih dikenal dengan sebutan PAIBP merupakan salah satu muatan pelajaran wajib (kelompok A) dalam struktur kurikulum nasional. PAIBP lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku peserta didik kearah yang lebih baik. Meskipun secara teoritis dalam PAIBP terbagi menjadi 4 kompetensi inti seperti muatan pelajaran lainnya, akan tetapi pada hakikatnya PAIBP lebih menekankan pada aspek perilaku peserta didik yang merupakan manifestasi dari penanaman keyakinan KI 1, pemahaman hubungan antar sesama manusia KI 2, pemahaman teoritis pengetahuan KI 3 dan perwujudan dalam bentuk keterampilan KI 4.
Hal tersebut tertuang dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dimiliki dan dikuasai peserta didik. Karakteristik baik yang harus tertanam dalam diri peserta didik dimunculkan dalam KI 2 yang lebih cenderung pada sikap sosial peserta didik dalam bergaul dan berkomunikasi antar sesama.
Dalam menanamkan sikap atau karakter baik pada peserta didik, saya senantiasa melatih peserta didik agar bersikap atau berkarakter baik setiap saat dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Muatan pelajaran PAIBP, di dalamnya penuh dengan pola penanaman karakter atau sikap baik yang harus dimiliki oleh peserta didik, meskipun secara tersirat dan diintegrasikan dengan tema yang menjadi bahasan dalam masing-masing sub tema, dalam artian saya merasa kurang puas jika pola pembelajaran penanaman karakter atau sikap baik pada diri peserta didik hanya diajarkan secara kajian teoritis saja. Oleh karena itu, kewajiban saya selaku guru PAIBP untuk mengkongkretkan sikap tersebut agar benar-benar bisa dipahami oleh peserta didik, diterima dalam dirinya serta dilakukan dalam perilaku atau perbuatan sehari-hari.
Penjelasan melalui kajian teoritis kurang begitu antusias diterima oleh peserta didik dan dampaknya pun pada perubahan perilaku peserta didik kurang tampak, sehingga saya mengambil langkah pembenahan dalam pola pembelajaran PAIBP yang selama ini saya lakukan, melalui pendekatan-pendekatan yang menyegarkan bagi peserta didik, salah satunya melalui pendekatan peringatan hari besar Agama Islam yang pada bulan ini bertepatan dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Peringatan Isra Mi’raj yang akan diperingati pada akhir bulan ini, saya jadikan moment untuk mengimplementasikan sikap atau karakteristik baik sesuai sikap dan perilaku yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Acara peringatan tersebut saya kemas dari awal Februari melalui kegiatan-kegiatan literasi digital, yakni peserta didik mencari informasi sebanyak banyaknya mengenai sikap atau akhlak Nabi Muhammad SAW baik dalam bentuk kisah ataupun dalam bentuk hadist. Setiap Minggu sebelum pembelajaran PAIBP dimulai ada kegiatan 15 menit saling bertukar cerita dan menyimpulkan sikap atau perilaku Rosululloh hasil temuan mereka. Kemudian sikap tersebut wajib dilaksankan dalam kehidupan sehari-hari.
Di akhir bulan Februari mendatang merupakan puncak peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, peserta didik akan melaporkan kegiatan yang dilakukan selama kurang lebih 1 bulan tersebut di depan Forum yang dihadiri oleh orang tua masing-masing peserta didik. Bukti-bukti selama melaksanakan proyek kegiatan tersebut akan ditampilkan dalam bentuk slide foto atau video. Diakhir kegiatan akan ditutup dengan kajian tentang sifat Rosululloh dan berdoa bersama serta sedekah bersama.
Saat ini rangkaian kegiatan tersebut baru sampai pada tahap pengumpulan informasi mengenai sikap yang harus diteladani dari seorang baginda Rosululloh. Peserta didik melakukannya dengan berbagai cara dari berbagai sumber, kemudian mereka juga mempraktekan apa yang mereka peroleh dari hasil penemuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, seluruh kegiatan ini direkam dan dikumpulkan. Bukti-bukti tersebut dilaporkan setiap minggu dan disusun dalam bentuk tampilan menarik untuk mereka sampaikan pada puncak peringatan Isra Mi’raj di akhir bulan Februari nanti. Hal yang saya rasakan sebagai seorang guru PAIBP, dalam melihat antusias peserta didik melaksanakan tugas rangkaian peringatan Isra Mi’raj tersebut sangatlah bangga bahkan secara signifikan meskipun belum sampai dipuncak peringatan akhir februari nanti, perubahan perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik sudah terlihat jelas.
Mengelola pembelajaran itu tidak harus senantiasa terstruktur dilakukan dan dibatasi oleh empat dinding ruang kelas, akan tetapi dalam situasi saat ini dan berbagai keadaanpun kita seorang guru harus cerdik memanfaatkan situasi yang mendukung pembelajaran bagi peserta didik, karena bagi saya pribadi menjadi seorang guru itu tidak hanya di dalam kelas dan di sekolah akan tetapi dimanapun saya berada dalam situasi apapun harus mampu membelajarkan peserta didik kita. Semoga kita menjadi guru kekinian yang tidak kaku akan tetapi pintar memanfaatkan moment untuk membelajarkan peserta didik kita dan senantiasa mampu mengubah segala sesuatu untuk bisa dijadikan sarana belajar.***