Oleh : Indra Wahyuni (Kepala SDN Kedungwaru Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Permendikbud nomor 21 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Salah satunya berkaitan dengan penumbuhan karakter melalui literasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia literasi (KBBI) literasi dimaknai sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Sejalan dengan definisi tersebut, menurut Tim Usaid Prioritas (2015:3) menyatakan bahwa arti literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
Untuk menemukenali minat dan bakat pesrta didik dalam literasi, kita harus memahami dahulu bahwa ada enam jenis literasi. Diantaranya literasi baca tulis, literasi numerasi, lietrasi sains, literasi digital, literasi financial, dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Semua jenis literasi dibaur menjadi program literasi yang saya tumbuhkan di SDN Kedungwaru. Hal tersebut disesuaikan dengan visi misi sekolah dan karakter lingkungan SDN Kedungwaru. Tidak bisa dihindari pula dampak pandemic covid-19 membuat kecakapan literasi peserta didik di SDN Kedungwaru menurun. Informasi tersebut saya dapatkan dari hasil diskusi bersama bapak dan ibu guru ketika menyusun dokumen kurikulum satuan pendidikan tahun pelajaran 2022/2023. Rendahnya kecakapan peserta didik dalam memahami symbol juga menjadi poin penting yang harus segera dibenahi. Sehingga penumbuhan kecakapan literasi di SDN Kedungwaru menjadi salah satu program terdekat yang harus kami laksanakan.
Dari enam jenis literasi yang ada, saya memotivasi bapak ibu guru untuk saling berkolaborasi dalam melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah. Tentunya disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki oleh bapak ibu guru. Karena tidak semua karakter guru mampu menguasai keenam jenis litrasi yang akan dilaksanakan. Untuk literasi baca tulis menjadi kecakapan peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan potensi peserta didik. Potensi peserta didik untuk berpikir kritis ketika belajar harus terus dimotivasi baik ketika berdiskusi, persentasi, dan berinteraksi. Bahkan bukan hanya di lingkungan sekolah saja tapi di luar sekolah pun peserta didik dapat melaksanakan literasi baca tulis. Seperti memahami petunjuk penggunaan barang, memahami tata tertib lingkungan yang terpasang di fasilitas umum, melaksanakan pola hidup sehat yang terpajang pada banner di setiap posyandu/puskesmas, dan mengetahui arti dari rambu-rambu lalu lintas.
Dalam kehidupan sehari-hari peserta didik tidak bisa lepas dari hal yang berkaitan dengan numerik. Untuk itu program yang kami kembangkan dalam literasi numerasi adalah menerapkan literasi numerasi dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari rendahnya analisa terkait disiplin waktu membuat saya dan bapak ibu guru untuk membimbing peserta didk untuk mampu mengelola waktu dengan baik. Untuk kelas 1-3 formatnya disediakan oleh sekolah sehingga peserta didik tinggal mengisi kegiatan yang biasa dilakukan sesuai dengan waktu. Sedangkan untuk kelas 4-6 membuat jadwal kegiatan susai dengan karakter peserta didiknya. Jadwal kegiatan tersebut merupakan jadwal kegiatan selama satu pekan. Pihak sekolah selalu berkoordinasi dengan orang tua peserta didik untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mampu melaksanakan jadwal yang sudah dibuatnya. Selain itu sekolah juga mengadakan program latihan wirausaha yang di dalamnya juga termasuk literasi numerasi dan finansial. Karena peserta didik harus menghitung kebutuhan bahan dan biaya produksi barang yang akan dijual. Setelah itu barulah menentukan harga jual barang agar mendapatkan keuntungan dari kegiatan wirausaha. Pada dasarnya lietrasi numerasi dan finansial tidak hanya tentang rumus maupun angka. Pengambilan keputusan berdasarkan angka-angka pada sebuah data juga merupakan sebuah literasi bagi peserta didik.
Kemudian dalam literasi sains, peserta didik dibimbing untuk mampu mengambil keputusan secara ilmiah. Contoh penerapannya adalah memilah sampah yang ada di lingkungan sekolah. Peserta didik dibimbing untuk membedakan sampah organik dengan sampah anorganik. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan pola hidup sehat. Selain itu peserta didik dapat memahami bahwa sampah anorganik sulit untuk terurai di dalam tanah. Sehingga menimbulkan permasalahan baru yang menyebabkan pencemaran lingkungan.
Peningkatkan motivasi literasi pada peserta didik beserta guru yang berkompeten dalam literasi digital saya arahkan untuk membuat sebuah video pendek tentang manfaat dan bahayanya perkembangan teknologi. Karena tidak bisa dipungkiri perkembangan teknologi juga punya dampak negatif bagi peserta didik. Untuk itu peserta didik harus dibimbing dalam memanfaatkan perkembangan tekhnologi.
Bagi peserta didik yang memiliki minat dan bakat dalam bidang seni bisa diarahkan untuk membuat karya sendiri pada aplikasi canva atau sejenisnya. Selain itu bagi peserta didik yang gemar main game dibimbing untuk menyelesaikan permasalahan melalui laman bebras Indonesia. Disamping itu kita kenalkan juga pada peserta didik bahwa ada aturan yang mengikat dalam pemanfaatan tekhnologi yang bisa kita kenal dengan UU ITE. Hal ini harus kita kenalkan sejak dini agar peserta didik dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak. Sehingga peserta didik tau hak dan kewajibannya bukan hanya dalam kehidupan nyata sehari-hari saja, tapi dalam berinteraksi di dunia maya pun harus memiliki etika dengan baik. Kemampuan untuk mengakses internetpun bisa digunakan untuk menambah wawasan kebangsaan peserta didik. Mereka harus mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan kebudayaan daerahnya. Melalui informasi yang didapat dari internet peserta didik bisa mengetahui berbagai jenis bahasa daerah di Indonesia, lagi daerah, tarian daerah, pakaian adat, makanan tradisional, rumah adat, senjata tradisional, lagu-lagu kebangsaan yang merupakan kekayaan tak terkira yang dimiliki oleh kita sebagai bangsa Indonesia. Dari hal tersebut akan tumbuh kebanggaan pada diri mereka bahwa mereka memiliki warisan budaya yang sangat berharga dan harus dilestarikan oleh genarasi penerus bangsa.
Dari keenam jenis literasi yang menjadi program di SDN Kedungwaru saya mengharapkan bahwa peserta didik bukan hanya sekedar mengetahui definisi literasi. Tetapi peserta didik mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tentang literasi. Berawal dari kehati-hatian peserta didik untuk mengambil keputusan dari setiap situasi yang terjadi, dapat mempengaruhi pola pikir peserta didik untuk senantia menganalisa peristiwa atau permasalahan yang dihadapi. Selain itu juga kami mengharapkan peserta didik SDN Kedungwaru dapat melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, beradaptasi dengan adat istiadat di daerah dimana dia tinggal dan taat pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai wujud dari pengamalan nilai Pancasila.***