Oleh: Windu Mandela, S.Pd., M.Pd.
Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan delapan belas nilai karakter. Ada pun dari delapan belas nilai karakter tersebut, tiga yang menjadi pusat kajian dalam penelitian ini, yakni Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras. Tiga nilai karakter ini merupakan beberapa nilai yang membentuk nilai kepemimpinan. Nilai kepimpinan penting untuk ditanamkan dalam kepribadian anak didik, sebab anak didik akan menjadi generasi penerus bangsa. Peran pendidikan sangat besar dalam membentuk generasi yang berkualitas.
Kehidupan berbangsa dan bernegara bekalangan ini semakin mengkhawatirkan. Manusia semakin individualis tidak terlalu memperdulikan individu yang lain atau keadaan sekitarnya. Bermusyawarah yang merupakan aplikasi dari sikap demokrasi sudah berkurang. Masyarakat kerap kali memaksakan kehendaknya tanpa memperdulikan rasa sosial dan tanggung-jawab.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan suku bangsa, adat-istiadat, dan bahasa, semuanya itu memiliki nilai luhur perihal kehidupan. Seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), perlahan jatidiri bangsa Indonesia yang tercerminkan dalam nilai kearifan lokal mulai tersisih budaya asing. Hal tersebut hendaknya menjadi tanda bahaya bagi dunia pendidikan, budaya merupakan aset yang tidak ternilai sehingga perlu adanya upaya pelestarian.
Perkembangan media yang begitu pesat banyak memberikan dampak positif bagi sarana informasi. Akan tetapi, tidak setiap tayangan yang disaksikan memberikan dampak baik, terutama bagi anak-anak. Tayangan kekerasan, film berbau hedon akan memberi pengaruh buruk bagi perkembangan psikologisnya. Segala tayangan yang tidak baik ini akan memengarungi kondisi kejiawaan anak dan akan memberikan contoh karakter yang tidak baik. Melihat kondisi demikian harus ada antisipasi sedini mungkin, seperti melalui jalur pendidikan.
Kekhawatiran akan masuknya budaya asing yang berbau negatif dan mengikis nilai karakter budaya bangsa dapat disaring oleh nilai-nilai kearifan lokal. Transformasi nilai kearifan lokal ini pun beragam bentuknya, bisa melalui arsitektur, lagu daerah, dan sastra (lisan/tulisan). Hal yang harus dilakukan ialah bagaimana caranya meramu nilai karakter yang terdapat dalam kearifan lokal ini untuk dijadikan bahan ajar kepada anak didik sehingga dapat menjadi perisai dari pengaruh negatif.
Proses transformasi nilai dapat dipelajari dari berbagai media, di antaranya melalui buku cerita rakyat dari Jawa Barat karya Saini KM. Sebuah jurnal penelitian yang dikeluarkan oleh Arjuna Jun Avitarhiyana Angesti, mengemukakan bahwa dalam cerita rakyat yang dikaji olehnya memiliki nilai karakter. Dia melakukan kajian terhadap cerita rakyat Singoprono, dan mendapatkan 17 nilai karakter yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Gaa Alfonsus dalam tugas akhirnya meneliti nilai moral dalam cerita rakyat Ine Pare dan pemanfaatan pendidikan karakter. Hasilnya dalam cerita tersebut memiliki nilai moral, religius, dan individu yang memiliki kaitannya dengan nilai karakter. Nilai karakter yang ditemukan dalam cerita Ine Pare kemudian dijadikan sebagai alternative bahan ajar pembelajaran Bahasa Indonesia.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju membuat banyak orang beranggapan bahwa dongeng atau cerita rakyat sudah tidak diminati lagi oleh masyarakat, terutama anak-anak dan orang tua generasi terkini. Cerita dongeng tentang putri dan pangeran mulai tergeser karena berkurangnya kebiasaan orang tua yang membacakan buku cerita dongeng sebelum tidur akibat sibuk bekerja.
Cerita modern yang saat ini sering ditemui melalui acara Televisi, dan film memiliki tampilan humor yang dapat membuat anak-anak tertarik untuk mengikuti ceritanya. Padahal, keuntungan yang didapat dari mendongeng banyak sekali. Lewat dongeng, anak-anak bisa belajar apapun tanpa merasa digurui. Lebih dari itu, daya ingat anak yang terbiasa didongengi biasanya terasah. Sementara moral, imajinasi, harapan, serta kepekaannya terhadap lingkungan semakin terbangun.
Cerita rakyat dari dalam negeri tidak kalah menarik dengan cerita dari luar. Banyak sekali terdapat nilai karakter yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran. Salahsatu buku yang memuat cerita rakyat adalah karya Saini KM, dengan judul Cerita Rakyat Dari Jawa Barat, yang memuat beberapa cerita.
Dalam segi cerita, sebuah cerita rakyat mengandung nilai moral kehidupan yang ingin disampaikan dari generasi ke generasi selanjutnya melalui jalan cerita yang ditampilkan secara eksplisit maupun implisit dan sejalan dengan adat istiadat dimana cerita rakyat tersebut tumbuh. Melalui penceritaan tersebut, penanaman nilai-nilai moral diharapkan dapat lebih diterima dan menimbulkan kesan tersendiri di benak penerimanya.
Tanpa disadari, banyak sekali manfaat berupa nilai etika yang bisa dipetik dari suatu cerita rakyat indonesia, misalnya tentang kebaikan, tolong menolong, keberanian, keramahan, keteguhan hati, kesabaran, pengorbanan, dan lain lain. Karena itulah mengapa cerita rakyat Indonesia mempunyai nilai dan peran yang penting untuk ditanamkan kepada setiap masyarakat Indonesia sejak dini. Hal tersebut didukung oleh Sulistiyono, Drs., dosen Universitas Muhamadiyah Jember dalam acara Seminar Nasional Dongeng, beliau menyatakan bahwa dongeng maupun cerita rakyat memiliki pesan-pesan moral yang sangat penting bagi perkembangan pola pikir anak. Selain itu, tema cerita dapat memberikan kesan mendalam pada perkembangan anak selanjutnya.
Hasil analisi buku ini, tema cerita rakyat dalam buku Kumpulan Cerita Rakyat Dari Jawa Barat karya Saini KM mengandung unsur alam. Seperti dalam cerita yang berjudul Gunung Tampomas, dimana ada sebuah gunung akan meletus dan akan menyebabkan kerusakan yang parah apabila gunung tersebut sampai meletus. Dalam ketujuh cerita rakyat dalam buku ini semua rangkaian alur terpenuhi. Dan alur yang digunakan pengarang dalam ketujuh cerita rakyat ini menggunakan alur maju. Latar Suasana dalam buku ini pun beranekaragam. Keadaan kerajaan dan rakyatnya yang hidup dalam keadaan sejahtera terdapat dalam cerita Gunung Tampomas, Telaga Warna, Lutung Kasarung, dan Mundinglaya Di Kusumah.
Penggambaran tokoh yang terdapat dalam buku Kumpulan Cerita Rakyat Dari Jawa Barat karya Saini KM, digambarkan dengan jelas. Seperti penggambaran sosok yang cantik terdapat dalam tokoh Purbasari dalam cerita Lutung Kasarung, Dayang Sumbi dalam cerita Gunung Tangkuban Perahu, Putri raja dalam certia Telaga Warna. Nilai karakter peduli sosial banyak muncul dalam 17 tokoh di buku Cerita Rakyat Dari Jawa Barat karya Saini KM. hal tersebut membuktikan bahwa cerita rakyat memang memiliki nilai karakter yang dapat dikembangkan menjadi bahan pembelajaran.***