Oleh:
Asep M Tamam
Dalam kehidupan profesi, dari tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional, upgrading kapasitas dan kapabilitas profesional adalah satu kemestian. Konsep program yang terpadu dengan materi yang disampaikan disesuaikan dengan tahapan, kebutuhan, dan tujuan. Acara beranggaran besar ini mutlak diperlukan dalam pembinaan dan pengembangan keilmuan yang bermuara pada peningkatan kerja dan kinerja profesional.
Konsep manusia bisa berubah dan bercelah. Setiap tahun direview, direvisi, dan disempurnakan. Tapi ada konsep yang tak berubah dan berlaku untuk masa yang tak terbatas. Konsep tentang puasa Ramadan misalnya, adalah konsep sempurna untuk segala zaman dan menyisir segala aspek dan dimensi. Puasa adalah ajaran tentang inti kehidupan. Tak ada dimensi kehidupan manusia yang tak tersentuh manfaat dari ibadah puasa. Konsepnya jelas. Manfaatnya jelas. Tujuannya bahkan sangat jelas, menyiapkan pribadi muslim yang komplet. Lahirnya sehat, batinnya kuat.
Setiap manusia butuh pendidikan. Agama Islam bahkan mengajarkan pendidikan secara utuh dan sempurna. Sejak memilih bakal pasangan hidup berumah tangga, Nabi Muhammad sudah mengajarkan, Takhayyarû linuthafikum” (Pandai-pandailah memilih calon pasangan hidupmu). Hadis Riwayat Ibnu Majah dan Dailami ini mendidik umat Islam, terutama kaum remaja untuk memilih calon pasangan yang baik.
Pendidikan Ramadan
Agama Islam, setiap ajarannya pasti memiliki tujuan pendidikan. Nilai-nilai pendidikan dalam shalat misalnya, begitu holistik dari pendidikan lahir, batin, juga pendidikan sosial. Sejak berwudu, pemilihan waktu, pemilihan tempat, hingga sikap sosial setelah shalat ditunaikan, semua dibahas dengan beragam komentar positif dari para ulama. Demikian juga zakat dan berhaji. Nilai pendidikan dari kedua rukun Islam ini dibahas panjang lebar oleh para pemikir. Nilai-nilai pendidikan pada ajaran-ajaran Islam mencipta kehidupan ritual umat Islam yang berpadu secara beriringan dan saling menguatkan dengan kehidupan sosialnya.
Ramadan, bulan termulia itu telah beringsut. Hingga batas waktu tertentu ia akan menyisakan kesan dan kenangannya. Semakin sibuk meramadankan diri, seorang mukmin akan sulit berpisah dengan kesan demi kesan khas yang hanya dimiliki Ramadan.
Meski sudah berlalu, kita tetap mengambil pelajaran-pelajaran berharga yang disisipkannya di sela-sela lapar sebulan. Suasana batin dalam serangan lapar, bersama udara panas menyengat, tentu menjadi sesuatu yang mahal jika dilupakan begitu saja.
Ramadan adalah pesantren kilat sebulan. Ia bagaikan pelatihan dan upgrading gratis untuk menaikkan kapasitas dan kualitas umat Islam hingga level tertingginya. Pendidikan sebulan mencakup banyak hal. Dimensi lahir dan batin terpenuhi. Ramadan merupakan silent lecture (guru yang diam) yang mendidik selama 24 jam tanpa jeda. Siang dan malam umat Islam merasa diawasi. Kebebasan yang dirasakan selama 11 bulan berubah drastis. Maka, Ramadan, selain sebagai pendidik, ia juga sebagai penguji. Ada pengajaran, juga ada ujian. Pengajaran dan ujian berpadu dalam sebuah sistem baku yang mencakup umat Islam sedunia, untuk seluruh generasi yang berlaku berabad-abad.
Pendidikan Holistik
Mari kita urai elemen-elemen kehidupan manusia. Ada jiwa, hati, dan raga. Manusia hidup sebagai pribadi dan sebagai makhluk sosial. Jika diurai, sebagai makhluk sosial, manusia memiliki tahapan yang bertahap dan beragam. Lalu, kita bisa membuktikan, dengan kompleksitasnya kehidupan manusia ini, Ramadan telah berada di setiap detailnya, mendidik dan mendampingi umat Islam agar berada di jalur terbaiknya.
Pendidikan integral dan komprehensif yang diajarkan Ramadan selama sebulan tak hanya bertumpu pada masalah pendidikan moral dan sosial. Segenap aspek inderawi manusia juga mendapat sentuhan pendidikan yang bertumpu pada pengetahuan.
Televisi, media sosial, pengajian di sekolah, masjid, dan lainnya memberi asupan ilmu yang begitu deras dialirkan. Jika mau untuk memaksimalkan diri, betapa banyaknya ilmu yang kita peroleh di bulan ini. Wajar jika Ramadan disebut dirâah mukatstsafah syahriyah (Pendidikan intensif sebulan) karena perolehan ilmu berpadu dengan pengayaan sikap ritual dan sosial yang maksimal.
Pertanyaannya, apakah seluruh umat Islam mendapatkan pendidikan gratis ini selama sebulan dengan maksimal? Pertanyaan lain, apakah pendidikan intensif sebulan ini akan berpengaruh pada pilihan perilaku kita di bulan-bulan berikutnya? Jawabannya tentu berbeda. Hati kita masing-masing yang tahu. Harapannya, semoga kita, bersama keluarga, mendapat semaksimal mungkin rangkaian pendidikan Ramadan di tahun ini dan mampu merawat pendidikan ini selama hidup kita. Semoga. ***