Kota Tasikmalaya – GM | Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tasikmalaya menggelar Rapat Paripurna ke-8, Senin (8/5/2022) pada pembukaan masa sidang III tahun 2021-2022.
Dikatakan H Aslim, SH MH Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya saat ini menjadi permasalahan paling krusial.
Selain itu, dalam persetujuan atas rekomendasi DPRD Kota Tasikmalaya terhadap Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Wali Kota tahun 2021 di ruang Paripurna.
“Kita lihat hasil rekomendasi yang disampaikan, saya rasa yang sangat krusial hari ini adalah kondisi Rumah Sakit RSUD dr Soekardjo. Sudah tahu bersamalah itu PR besar kita hari ini.”Tegas H Aslim, SH kepada sejumlah wartawan.
Berbeda halnya, Drs H Muhammad Yusuf selaku Walikota Tasikmalaya mengatakan saat ini tengah mengkaji berbagai kebijakan yang ada termasuk kondisi RSUD Dr Soekardjo dan Kerja Sama Operasional (KSO).
Ia menyampaikan bahwa KSO dibuat ketika Rumah Sakit tidak bisa memenuhi pembiayaan sendiri yang dilakukan kerjasama.
Yusuf menjelaskan, kerjasama tersebut harus saling menguntungkan. Oleh karena itu, pihaknya tinggal meninjau ulang, yang mana KSO yang perlu dilakukan untuk di revisi.
“Kita akan inventarisir dulu, saya nanti menerima laporan dari dewan pengawas mana saja KSO yang perlu direvisi dan sudah habis kontrak segera diputus. Kalau mau diperpanjang mungkin bisa dicari alternatif lain untuk perpanjangannya.”Ujarnya.
Walikota Tasikmalaya juga mencontohkan seperti Laboratorium yang masa kontraknya sudah habis. Selebihnya dia mengingatkan, pihak Rumah Sakit nantinya bisa bekerjasama dengan pihak BUMN.
Demikian juga, kata Yusuf, dilakukan agar lebih memudahkan Rumah Sakit termasuk dengan keterjaminan stock obat-obatan.
“Saya sudah bicara dengan beberapa BUMN yang bergerak di bidang itu dan siap menyuplai obat ke Rumah Sakit dengan no limit. Jangan sampai terjadi kekosongan obat.”Sebutnya.
Adapun itu, disisi lain untuk memperbaiki dari sisi management. Walikota meminta pihak Rumah Sakit menjamin ketersediaan obat.
Kandati juga menyebutkan percuma jika management baik tapi tidak di dukung dengan sarana prasarana yang memadai.
“Kasian kalau pasien harus beli obat keluar, karena harga obat diluar jelas berbeda dengan didalam rumah sakit. Jadi kita akan perbaiki dulu management di Rumah Sakit dan dasarnya laporan dari dewan pengawas.”Pungkasnya. (*)