Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya Ajak Masyarakat Lestarikan Seni Badeng

Tasikmalaya – GM | Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Asep Sopari Al Ayubi, mengemukakan ihwal Seni Badeng dari Mandalawangi, Desa Tanjungmekar, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya yang harus dilestarikan sebagai bentuk keberpihakan kepada kearifan lokal.

Menurutnya, Seni Badeng sebagai kekayaan masyarakat harus terus dilestarikan keberadaannya.

Bacaan Lainnya

“Seni budaya sebagai kekayaan masyarakat, kita semua harus dapat melestarikannya sebagai bentuk keberpihakan terhadap kearifan lokal,” ungkap Asep Sopari Al Ayubi, Senin 27/6/2022.

Sementara Kepala Desa Tanjungmekar Ade Lukmanul Hakim, menuturkan, bahwa Seni Badeng dilahirkan oleh seorang petani bernama Baihaki yang berasal dari Kampung Talaga, Kabupaten Majalengka sebelum kemerdekaan yaitu sekitar tahun 1940.

“Pak Baihaki ini asal Kabupaten Majalengka, beliau menikahi perempuan asal kampung medanglayang, Desa Tanjungpura sekarang berubah nama menjadi kampung Rajamandala, Desa Tanjungmekar,” ungkapnya.

Lebih jauh Ade mengatakan, Kesenian Badeng biasanya digelar setiap adanya pesta rakyat, seperti khitanan, panen raya, bahkan selalu tampil dalam peringatan hari Kemerdekaan bangsa Indonesia setiap 17 Agustus.

“Jadi, almarhum Pak Baihaki ini menikahi saudari Maemunah dan sekarang Seni Badeng merupakan kesenian khas dari Desa Tanjungmekar, walaupun penciptanya asal dari Majalengka,” tuturnya.

Tetapi, dikarenakan menciptakan Seni Badeng sudah menjadi warga Desa Tanjungmekar, secara otomatis karya yang diciptakan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Tanjungmekar.

“Pada tahun 1946 setelah kemerdekaan baru kesenian Badeng ini dikembangkan dan menjadi bagian dari kesenian tradisional warga Desa Tanjungmekar, dan selalu tampil di setiap pesta rakyat,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, Pengembangan Seni Badeng awalnya diprakarsai Pak Baihaki dan Tokoh Masyarakat yang ada di kampung Medanglayang atau Rajamandala, mereka membuat alat-alat kesenian Badeng dan angklung.

Dan yang menjadi sponsor dari pembuatan alat-alat kesenian Badeng, kata Ade, adalah Haji Sulaeman, sehingga menjadi seni hiburan rakyat yang selalu dinanti-nantikan pentasnya.

“Pada tahun 1957 bapak Baihaki meninggal dunia dan dimakamkan di TPU Medanglayang, setelah meninggal, kesenian badeng tersebut dilanjutkan oleh bapak akhri,” jelas Ade.

Namun, pada tahun 1990, akhri meninggal dunia dan kesenian badeng tersebut terus dikembangkan oleh warga Rajamandala dan sebagai Ketua kesenian yaitu Endang Okib.

“Semoga saja kedepannya seni Badeng semakin menjomantara, dan sebagai kesenian yang terlahir dari masyarakat mampu mendunia,” tegasnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *