Pendampingan Komunitas Literasi, Studi Tiru di Tasikmalaya Perkuat Minat Baca Masyarakat

Kota Tasikmalaya – GM | Di tengah upaya meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat, Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat aktif mengadakan program pendampingan komunitas liiterasi tahun 2024. Kegiatan ini digelar di Laboratorium Kreatif Mata Rumpaka, Jumat, (5/7/2024) pagi.

Salah satu program terbarunya ini adalah studi tiru komunitas di Tasikmalaya dengan mengusung tema “Menciptakan Ekosistem Masyarakat Berbudaya Baca-Tulis serta Cinta Bahasa dan Sastra”, yang bertujuan untuk saling berbagi pengalaman dan strategi efektif dalam mengelola program literasi.

Kegiatan ini melibatkan beberapa komunitas literasi di kota Tasikmalaya dan melibatkan narasumber dari Kelompok Kepakaran Layanan Profesional (KKLP) Literasi Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Nandang R. Pamungkas, M.Pd., Ketua Komunitas Mata Rumpaka, Vudu Abdul Rahman., dan Ketua FTBM (Forum Taman Baca Masyarakat) Kota Tasikmalaya, Wahyuni Rahmaningsih.

Ketua forum TBM Kota Tasikmalaya, Wahyuni Rahmaningsih, mengungkapkan apresiasinya atas kegiatan ini, “Alhamdulillah tanggapan kegiatan ini sangat bersyukur sekali karena kita bisa diwadahi di suatu kesempatan, bisa berkumpul dengan seluruh TBM yang ada di Kota Tasikmalaya yang memang sudah terdaftar secara resmi di balai bahasa,” ungkapnya.

Wahyuni berharap setiap TBM bisa melaksanakan program-program serupa di tempatnya masing-masing, kemudian kedepannya bisa mengadakan program bersama seluruh TBM di Kota Tasikmalaya secara gebyar dibawah naungan Forum Taman Baca Masyarakat Kota Tasikmalaya.

“Kedepannya kita bisa selalu bersinergi, bisa meningkatkan kembali literasi di Kota Tasikmalaya, saling mendukung dan bisa menjalin kemitraan dengan berbagai mitra yang lain supaya TBM di Kota Tasikmalaya ini bisa mudah mendapatkan bahan pustaka untuk mengembangkan TBM-TBM yang lebih baik lagi di Kota Tasikmalaya,” harapnya.

Sementara itu, KKLP Literasi Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat , Nandang R. Pamungkas, M.Pd., menjelaskan bahwa program tersebut merupakan bentuk pendampingan bagi komunitas literasi yang ada di Jawa Barat.

“Ini salah satu program yang memang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Jawa Barat, kegiatan hari ini merupakan bentuk kegiatan dengan konsep pendampingan komunitas literasi, jadi disini itu merupakan kegiatan studi tiru dari komunitas-komunitas yang ada di Tasikmalaya,” jelasnya.

Kemudian yang dijadikan sumber dari studi tiru ini, adalah komunitas mata rumpaka, dimana komunitas ini bisa berjalan dengan konsisten, dari kelengkapan administrasinya sudah oke, dan program-program literasinya sudah bagus. Sehingga bisa dijadikan model bagi kawan-kawan yang lain, sehingga bisa belajar banyak dari pengelolaan komunitas mata rumpaka ini.

“Kita tidak sampai disini, balai bahasa hanyalah sebagai pasilitator supaya kawan-kawan bisa lebih semangat dalam hal menguatkan budaya literasi di Jawa Barat khusunya di Kota Tasikmalaya ini. Jadi kami fasilitasi, kami picu, kami pacu, kemudian kami pancing dengan kegiatan-kegiatan seperti itu, berbagi segala hal, pengetahuan, berbagi praktik baik, kita diskusi bersama-sama, saling menguatkan, saling membekali dan saling memperkaya wawasan juga pengalaman-pengalaman mengenai pengelolaan-pengelolaan komplit,” tutupnya.

Selama kegiatan studi tiru, para peserta membuat program kegiatan literasi dan mempresentasikannya untuk saling bertukar ide, dilanjut dengan mengunjungi ruang aktualisasi (Lambang Sora) yang telah berhasil mengembangkan program-program kreatif dan efektif dalam bidang industri batik.

Peserta sekaligus anggota Mata Rumpaka, Rizpan Gustiandanis, turut memberi kesan atas kegiatan yang dilaksanakan ini, penting untuk memahami praktik baik dan mengimplementasikan metode yang berhasil di komunitas lain.

“Kesan pesan kegiatan studi tiru ini sangat banyak sekali yang dapat kita petik, terutama bisa bersilaturahmi dengan TBM-TBM yang ada di Tasikmalaya, yang kedua bisa saling berbagi, saling mencocok-cocokan dalam sharing season dan memberikan kesempatan bagi kami untuk belajar dari keberhasilan dan tantangan yang dihadapi komunitas lain. Kami berharap dapat mengadopsi ide-ide inovatif yang dapat meningkatkan kualitas program literasi kami,” ujarnya.

“Saya ucapkan terimakasih kepada Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan wadah dan memfasilitasi kegiatan ini, semoga kedepannya acara semacam ini bisa lebih luas, lebih ramai dan lebih gebyar lagi,” ucapnya.

Kegiatan ini tidak hanya memperkuat kolaborasi antar komunitas, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan program-program literasi yang lebih efektif dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

Dengan adanya program pendampingan dan studi tiru ini, diharapkan komunitas literasi di Tasikmalaya dapat terus berkembang dan berinovasi dalam upaya menguatkan budaya literasi masyarakat. (Arfa***)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *