Mencoba melakukan perjalanan lanjutan dari perjuangan langkah besar para tokoh teater Tasikmalaya khususnya, para empu teater umumnya.
Tidak cukup sopan rasanya jika perjuangan mereka yang lelah juga panjang itu dibiarkan begitu saja, tertutupi debu di rak-rak buku ingatan kita. Karena Bagaimanapun jerih payah merekalah yang sudah menghidupkan denyut teater hingga saat ini.
Setelah bercengkrama serius dengan kang Nazarudin Azhar yang lebih dikenal tokoh sastrawan sunda, di halaman parkiran gedung kesenian Tasikmalaya senja itu. Saat itu pula urat-urat syaraf dikepala ini menjadi tidak kendor lagi, seolah ada tantangan yang memacu kreativitas untuk menciptakan ruang lain membuka pintu peristiwa budaya yang baru.
Seperti halnya memperingati hari-hari jadi atau hari bersejarah lainnya, Hari Teater Dunia yang akan digelar di Kampus Universitas Perjuangan Tasikmalaya pada tanggal 26 maret 2019 menjadi waktu yang tepat dan salah satu langkah awal untuk menunjukan bentuk kepedulian sederhana melanjutkan perjuangan itu.
Kesempatan inilah semoga menjadi sebuah wadah dari perbedaan-perbedaan menjadi nilai-nilai kebersamaan bisa tercipta. Jenis-jenis kelompok teater Tasikmalaya yang berbeda-beda, bisa bersatu menjadi suatu permata utuh yang tidak mudah dipecah belah untuk menjabarkan jati diri seutuhnya.
Tidak ada salahnya jika peristiwa kegiatan teater selama ini memusat di kota-kota besar, maka kini sudah seharusnya kegiatan teater di kota kecil Tasikmalaya misalnya bisa segera tumbuh subur dan terwujudkan.
Teringat kalimat almarhum Suyatna Anirun. “Percuma kita mempunyai segudang ide-ide dikepala jika tidak mampu diwujudkan diatas pentas”.
Jangan lupa jadilah penyaksi peristiwa Hari Teater Dunia di Tasikmalaya. Bravo…!
Oleh: Orok Kapas
Penggagas Acara