Oleh : Sri Haryati (Hayat School dan Pembina program Aqil Baligh Squad)
“gimana ya cara memahami emosi pada usia abegeh?”
Sebelumnya dia anak yang sweet, santai, terbuka kalo sekarang setiap diajak ngobrol, langsung ngegas, cemberut, ngebantah”
“pas kalo diingetin tanggung jawab sehari-hari, jawabannya ngomel panjang lebar, atau ketus yg bikin emak ngurut dada” “jadi suka kepancing juga“
di sesi ABS (aktivitas pengembangan diri aqil baligh squad di hayat school) tema emotional release adalah tema untuk membantu peserta mengidentifikasi emosinya, fasilitator mengajak muda mudi ABS untuk mendeteksi apa yang dirasakan, dan bagaimana cara mereka memandang dirinya serta mencoba mendeteksi apa persepsi orang lain terhadap dirinya”
Dari sesi diskusi ini, kebanyakan feed back yang kami dapat adalah perasaan tidak diterima, merasa diabaikan, tidak dihargai.
Pada dasarnya ini peserta kebingungan mendeskripsikan perasaan mereka sendiri, kebingungan karena ketidaktahuan, sehingga menyebabkan perasaan tertekan dan persepsi negatif, maka pertanyaan atau intruksi yang datang dari orang tua dianggap sebagai ancaman dan membuat mereka merasa tidak dianggap.
Apakah ini salah anak? Atau salah orang tua? atau jangan-jangan salah temannya? Lebih parah lagi salah sekolahnya, heuheu
Stop mencari kambing hitam
Stop bertanya “kamu kenapa sih koq jadi berubah?”
Mari fokus memahami masalah, menuntaskan masalah emosi dengan membantu ananda memahami persepsi diri dan merubah pendekatan kita sebagai orang tua.
Emosi pada usia awal aqil baligh adalah fase baru perubahan dalam memahami persepsi diri, memahami siapa saya dan umumnya apa yang bisa saya lakukan, meskipun idealnya fase ini dikenalkan di usia 7-10 thn, sehingga ketika masuk usia 10 keatas sudah sampai fase kesadaran tentang siapa saya, dan fase usia 15 thn sedang menjajaki fase menyelaraskan potensi dengan kebermanfaatan potensi tersebut (jika tiap tahapan usia terpenuhi kebutuhan emosi spiritualnya).
Mari fokuskan memahami emosinya, karena meskipun emosi ini tak nampak dan sulit diukur dalam angka dan nilai, namun emosi yang baik adalah trigger (pemicu) untuk muda mudi dalam memantik motivasi internalnya, trigger bagi tempaan mental, tempaan etika, dan memantik dia dalam menempa kelanggengan minat bakatnya.
Karena jika anak-anak terpenuhi egonya, dikenalkan dan dipahamkan pada gejolak emosi yang terjadi dalam dirinya, maka kesadaran tentang dirinya akan bertumbuh, dan memhami dimana dia berada, sehingga tumbuh empati pada sekitarnya.
Di usia perubahan dari anak-anak menjadi dewasa, terjadi perubahan fisik yang sangat signifikan ditandai dengan meningginya badan, perubahan suara pada laki-laki, perubahan payudara pada perempuan, dll, hingga ditandai dengan mimpi basah, dan mensturasi sebagai penanda sudah mulai berfungsinya alat reproduksi (baligh) dan dalam koridor syariah anak sudah dikategorikan sebagai mukallaf (yang dibebani) ini merujuk pada sejumlah tanggung jawab mental sosial (perubahan aqil).
Fase mengakilkan (menguatkan akal/pendewasaan) sejatinya dibangun sejak usia pra baligh, sejak lahir secara bertahap dari kandungan hingga 2 thn terjadi kelekatan yang intens baik fisik maupun emosi (fondasi awal emosi spiritual) fase 3-5 mengeksplorasi emosi diri dengan merasakan sensasi emosi (masuk fase terrible 4), usia 5-7 masuk fase mengenali emosi dan sensasi sosial dgn teman dan ortu menyelaraskan dgn bonding emosi di rumah, sehingga bonding positif dengan ananda sudah terbangun dan proses asimilasi di fase aqil baligh berjalan dengan mulus.
Idealnya perubahan itu dapat diantisipasi dengan menguatkan aqil (penguatan emosi, sosial, spiritual) sebelum perubahan fisik.
Mengapa demikian?
Jika tidak dipersiapkan, akan terjadi fase penyesuaian yang cukup menegangkan dari baligh ke aqil, dan ini biasanya ditandai dengan ketegangan emosi yang meninggi akibat perubahan fisik, tekanan sosial, dan selama masa kanak-kanak kurang dipersiapkan emosinya.
Sehingga ketidakstabilan emosi berdampak pada fase adaptasi terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Berikut berbagai bentuk emosi yang biasa terjadi pada masa remaja awal:
• Amarah, perasaan yang dingkapkan dengan menunjukkan reaksi negative seperti marah, jengkel, kesal, tersinggung, bermusuhan, kekerasan, hina, jijik, muak, mual.
• Malu, perasaan yang muncul karena persepsi yang keliru terhadap diri sendiri karena merasa kurang percaya diri, dan belum mengenali diri secara utuh biasanya tampak dengan rasa bersalah, menyesal, perasaan terhina, merasa aib, dan hancur lebur.
• Kesedihan, ini adalah perasaan yang kompleks, bentuk perasaan tertekan karena kebingungan dan kondisi ketika apa yang diinginkan dengan apa yang nyata berbeda reaksi emosi yang muncul biasanya berupa perasaan pedih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
• Ketakutan, ini juga merupakan respon terhadap persepsi yang keliru terhadap suatu peristiwa di luar dirinya dan ketidaksiapan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga respon ini akan terlihat berupa cemas, gugup, khawatir, waswas, waspada, ngeri, panik, dan fobia traumatik.
• Bahagia, ini adalah respon ketika muda mudi menemukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya, nampak berupa, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona dan maniak.
• Percintaan, ini adalah fase baru dalam interaksi sosial meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan, rasa dekat hati, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
Pemicu perubahan emosional pada fase aqil baligh
1. Baligh, Terjadinya perubahan fisik yang seperti disebutkan di atas
2. Family Bonding, bonding, interaksi, pendekatan ortu sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja (otoriter, memanjakan, acuh, penuh kasih sayang, dll). Pemberontakan dalam perilaku muda mudi terhadap ortu menunjukkan bahwa mereka berada dalam fase konflik batin dan ingin melepaskan diri dari pengawasan ortu.
3. Interaksi sosial setara, interaksi dengan teman sebaya berupa membentuk geng, melawan otoritas, melakukan perbuatan tidak baik atau bahkan kejahatan bersama hingga hubungan cinta dengan lawan jenis yang menyimpang.
4. Perubahan persepsi sosial di luar dirinya, sikap keluarga, tetangga, masyarakat terhadap usia awal aqil baligh seringkali memengaruhi persepsi muda mudi itu sendiri, meremehkan, menganggap mereka masih anak-anak namun menuntut perilaku dewasa tanpa bimbingan seringkali memantik sikap frustasi pada muda mudi.
5. Perubahan interaksi di sekolah, sudah saatnya paradigma lemaga sekolah dirubah tidak hanya memberikan tekanan akademik yang efeknya hanya terasa pada nilai-nilai berupa angka, sekolah juga harus memahami esensial skill seperti manajemen emosi dengan memberikan porsi pada menumbuhkan etika, menempa mental, memantik minat bakat.
Pemicu lain dalam perubahan sikap, perilaku dan perubahan emosi aqil baligh dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan dalam dirinya
1. Estrogen dan Progesteron, hormon pada perempuan yang berperan pada siklus menstruasi dan ovulasi. Menyebabkan sindrom menjelang haid (perut kembung, nyeri perut dan payudara, jerawat dan perubahan mood yang ekstrem).
2. Testosteron, hormon yang dominan pada laki-laki, berperan pada pertumbuhan tulang, memengaruhi seksual laki-laki, dan mengendalikan nyeri.
3. Endorfin, mengurangi rasa sakit, memicu perasaan senang, tenang, bahagia. Perasaan terhubung dengan orang tua, kenangan masa kecil, kebahagiaan, tawa adalah endorphin alami untuk muda mudi.
4. Oksitosin, dikenal dengan hormon cinta. Berperan dalam respon emosi seperti: membangun ketenangan, kepercayaan, stabilitas psikologi. Meningkatkan perasaan positif dan kecakapan sosial. Berpelukan dapat meningkatkan oksitosin dalam darah.
5. Serotonin, berperan pada stabilitas mood, saluran pencernaan, pembekuan darah, kepadatan tulang dan kematangan reproduksi.
6. Dopamin, memicu rasa senang saat jatuh cinta, motivasi, rasa percaya diri.
Beberapa hormon tersebut diproduksi oleh sebuah kelenjar bernama Kelenjar Pituitari, kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar produsen hormon-hormon tertentu yang bertindak sebagai pengedali berbagai aspek tubuh manusia. Hormon yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur pertumbuhan, tekanan darah, produksi dan pembakaran energi, dan berbagai fungsi organ tubuh lainnya.
Kelenjar ini sering dijuluki “kelenjar master” karena hormon yang disekresi olehnya mengatur fungsi kelenjar lain juga. Hormon-hormon ini dapat diproduksi baik dari depan (anterior) atau bagian belakang (posterior) dari kelenjar tersebut.
Resensi Kunci
Bagaimana orang tua menyikapi perubahan emosi pada usia awal aqil baligh?
1. Jika ada kealfaan dalam pengasuhan, berhenti menyalahkan diri sendiri, dan berhenti mencari kambing hitam, fokus pada Allah untuk tawakkal dan meminta petunjuk.
2. Orang tua perlu memahami dan menyadari peran penting pendampingan emosi muda mudi di fase ini, untuk hadir dengan utuh perasaan, pikiran dengan memberikan respon seimbang, kapan lembut kapan tegas, kapan memberi ruang, kapan memercayakan, kapan memahamkan konsekwensi, kapan mengapresiasi dan bagaimana semua respon tersebut ditampakkan pada mereka
3. Jika ada pengasuhan yang belum tuntas, mari membersihkan diri (zero mind) atau tazkiyatunafs (memohon ampun pada Allah, mohon diluruskan hati dan pikiran, mohon dilapangkan, memohon ridha suami, dan meminta maaf pada ananda atas pengasuhan yang alfa dan membasuh lukanya)
4. Kenali kebutuhan anak kita, sama-sama berkomitmen untuk bertumbuh, saling mengingatkan, saling memperbaiki diri
5. Mintalah bantuan pihak ketiga yang bisa melihat masalah dengan objektif
6. Libatkan ananda dalam aktivitas positif yang dapat memantik kembali motivasi internalnya
7. Konsisten menjalankan dan melakukan lagi setiap tahapan berulang-ulang
Wallahu a’lam bisshowab