Membimbing Peserta Didik Berkebutuhan Khusus “Behavioral Disorder” di Kelas V SDN Talagasari Kota Tasikmalaya

Oleh : Saepul Masluh, S.Pd. (Guru Kelas V SDN Talagasari Kota Tasikmalaya)

Konsep merdeka belajar salah satunya memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dirinya tanpa membedakan apapun. Merdeka belajar menuntut guru agar mampu menjadi fasilitator bagi seluruh peserta didiknya. Salah satu indikatornya, guru wajib memahami karakteristik setiap peserta didik, sehingga mampu mengembangkan potensi peserta didik sesuai pasionnya masing-masing. Hal tersebut tentu saja membuka peluang seluruh peserta didik dengan berbagai latar belakang, kelebihan atau kekurangannya agar bisa mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh pembelajaran.

Read More

Senada dengan Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (1) : “Setiap warga negara memperoleh hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, ayat (2) : “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pernyataan tersebut merupakan dasar hukum yang jelas bahwa peserta didik dengan berbagai kondisi berhak memperoleh pendidikan yang layak. Proses pembelajaran yang terjadi di kelas V SDN Talagasari Kota Tasikmalaya sejauh ini berjalan dengan lancar, hanya saja ada keluhan dari beberapa orang peserta didik dan orang tua siswa terkait perilaku salah seorang peserta didik yang senantiasa mengganggu peserta didik lain ketika di dalam kelas maupun di luar kelas. Menyikapi permasalahan tersebut tentu saja, saya selaku guru kelas V SDN Talagasari menyikapinya harus dengan bijak. Saya langsung mengumpulkan informasi dari berbagai pihak, baik peserta didik, guru yang mengajar sebelumnya, guru mata pelajaran lain untuk mendapatkan informasi terkait peserta didik tersebut. Dalam kegiatan belajar sehari-hari dengan saya, peserta didik tersebut memang bisa dikatakan agak sedikit berbeda dengan peserta didik lainnya, beliau cenderung mencari perhatian dengan mengganggu teman lainnya yang sedang belajar sehingga kondisi pembelajaran agak sedikit kacau.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dan hasil pengalaman saya sendiri ketika mengajar di kelas V SDN Talagasari, saya melaksanakan langkah berikut ini untuk mengidentifikasi permasalahan salah seorang peserta didik tersebut :

  1. Mengumpulkan informasi dari semua pihak terkait perilaku peserta didik yang sedikit menyimpang tersebut;
  2. Menggali latar belakang peserta didik tersebut baik dari segi keluarga, keadaan ekonomi, pola asuh dll;
  3. Menyimpulkan sementara hambatan yang dimiliki oleh peserta didik tersebut;
  4. Memberikan treatment untuk menyembuhkan perilaku peserta didik tersebut.

Setelah saya berkoordinasi dan berkonsultasi dengan semua pihak yang dianggap bisa memberikan informasi terkait peserta didik tersebut, saya menyimpulkan jika peserta didik tersebut mengalami hambatan Behavioral Disorder (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku). Adapun kesimpulan saya berdasarkan fakta yang ditunjukkan oleh yang bersangkutan sebagai berikut :

  1. Cenderung membangkang kalau dinasehati;
  2. Mudah marah jika berselisih paham dengan sesama temannya;
  3. Melakukan Tindakan agresif seperti mengganggu temannya, memalak, bahkan merusak barang temannya;
  4. Motivasi dan prestasi belajarnya rendah;
  5. Berperilaku menyimpang dengan keadaan rambut gondrong dan berkata cenderung kasar.

Beberapa hal yang saya lakukan untuk menyikapi dan membimbing peserta didik tersebut, adalah sebagai berikut :

  1. Melakukan pendekatan individual kepada peserta didik tersebut, dan memposisikan diri sebagai seorang kakak yang peduli terhadap adiknya;
  2. Memberikan perhatian khusus;
  3. Menjalin komunikasi dengan pihak keluarga untuk senantiasa menyayangi dan menghargai anaknya;
  4. Menjalin komunikasi dengan pihak tokoh masyarakat tempat peserta didik itu tinggal, agar para tokoh masyarakat peduli dan menciptakan kondisi pergaulan anak usia sekolah benar-benar sesuai tidak terkontaminasi oleh pergaulan yang salah;
  5. Memberikan pengertian kepada teman-temannya di kelas untuk sama-sama peduli, menghargai dan melibatkan peserta didik tersebut agar tidak merasa diasingkan;
  6. Dalam hal pembelajaran, untuk memotivasi dan meningkatkan hasil belajarnya, saya memberikan les tambahan bersama peserta didik lain yang dinilai memiliki hambatan Slow Leaner.

Pendekatan humanis yang saya lakukan alhamdulilah memberikan masukan positif terhadap peserta didik tersebut, karena berangsur peserta didik tersebut menjadi lebih mudah dikendalikan meskipun perasaan mudah tersinggungnya masih belum bisa hilang, tapi setidaknya perkembangan kearah yang lebih baik sudah mulai terlihat dari tata cara dia berpakaian, berkomunikasi dan sudah mau belajar seperti peserta didik lain.***

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *