Kota Tasikmalaya – GM | Sekolah Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia (Labschool UPI) merupakan kebutuhan bagi UPI untuk mengkaji, mengembangkan dan melakukan pengujian berbagai inovasi serta temuan-temuan dalam bidang ilmu pendidikan, baik tatanan model dan teori maupun praktis pendidikan.
Setelah diresmikan oleh Menteri Pendidikan Nasional Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2003 bertepatan dengan Dies Natalis Universitas Pendidikan Indonesia yang ke-49, UPI terus berpacu dalam rangka mempasilitasi masyarakat agar bisa memperoleh pendidikan yang layak baik dari segi sarana prasarana maupun secara akademik.
Seperti pembangunan Gedung SD dan SMP Labschool UPI Kota Tasikmalaya yang baru saja diresmikan oleh Rektor UPI Prof. Dr. M. Solehudin, M. Pd., M.A. pada Jumat 23/12/2022.
Kegiatan tersebut dihadiri, Rektor UPI, Kepala KP2SL, Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Kepala KCD Wil XII Jawa Barat, Direktur UPI Tasikmalaya, Orang Tua Siswa dan tamu undangan lainnya.
Dr. Prayoga Bestari, M.Si Kepala KP2SL UPI mengatakan, gedung ini merupakan salah satu gedung dari sekian gedung yang di bangun di setiap Labschool UPI, baik di Purwakarta, Cibiru, Bumi Siliwangi, maupun di Serang Banten.
Tujuannya tidak lain adalah untuk mempasilitasi masyarakat agar bisa memperoleh pendidikan yang layak baik dari sarana prasarana maupun secara akademik, oleh sebab itu sebagai fungsi Labschool, Teaching school, atau Demonstration school,
“Ini adalah pengejawantahan dari kebijakan UPI yang mana membentuk kader pengelola sekolah Laboratorium UPI, pengembangan laboratorium UPI, agar memang benar-benar bisa memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang terbaik menurut Universitas Lendidikan Indonesia,” ujarnya.
Kemudian lanjutnya, tentu saja karena ini sebagai Teaching school, UPI ini harus beda sekolahnya dari sekolah yang lain. Pembedanya adalah kelasterisasi, jadi ada kelas tauhid, ada kelas bilingual, kelas reguler bahkan di Bumsil ada kelas atlet untuk di canberra 2032.
“Nah oleh sebab itu kelas bilingual untuk menangkap aspirasi masyarakat agar mereka anak-anak didiknya memperoleh keterampilan bahasa yang bahkan bukan dwi bahasa tapi multi bahasa, nah multi bahasa akan diterapkan di Bumsil, Jepang, Jerman, Prancis, dan sebagainya,” terangnya.
Prayoga menuturkan, kelas tauhid itu kebutuhan orang tua agar tauhid anak-anaknya itu bagus. Namun, kebetulan di Tasik ini unggul dari segi keagamaanya, maka disini tidak di bangun kelas tauhid karna SD nya sudah mendapatkan keagamaan yang memadai, makannya disini di bangun kelas bilingual dua bahasa dan kelas reguler.
Selain itu, kelebihan Labschool adalah dimana dosen, mahasiswa, guru, siswa, itu belajar bersama-sama. Karena kalau sebagai teaching school, ibarat Teaching hospital dimana RS Hasan Sadikin sebagai tempat praktek dari fakultas kedokteran UNPAD, maka kalau dokter belajar anestesi, belajar untuk menyuntik , belajar untuk membius, dan sebaginya di rumah sakit.
“Nah disini di Labschool tempat praktek para calon-calon guru untuk memperaktekan metode, media efaluasi pembelajaran di persekolahan,” paparnya.
Prayoga berharap masyarakat Tasikmalaya pada khususnya, dapat memanfaatkan layanan yang diberikan oleh UPI ini, berupa Labschool dengan semaksimal mungkin.
Kemudian peserta didik SD harapannya bisa lanjut ke SMP, karenaa TK nya ada, SD-nya sudah ada, SMP-nya sudah dibangun.
“Mudah-mudahan masyarakat, terutama orang tua siswa bisa memanfaatkan yang sudah kami sediakan untuk masuk ke SMP Labschool UPI Tasikmalaya. Kemudian harapan terakhir adalah dibangun SMA, semoga segera terealisasi,” harapnya.***