Gemamitra.com – Jakarta
Ada banyak cara mencegah panyebaran corona. Sebagian adalah keseriusan menahan gelombang daya tularnya yang masif. Untuk melakukan itu, ternyata tidak mudah. Masyarakat sebagian masih kurang serius meresponnya.
Surat edaran pemerintah untuk melakukan kurung diri, sebagian menganggap main-main. Masih tetap melakukan kegiatan berkerumun yang tidak berguna.
Tapi ada juga yang tanggap, bahkan di beberapa kota besar ada banyak mesjid yang tidak melaksanakan salat Jumat, salat berjamaah juga kegiatan lainnya yang mengundang orang banyak.
Di Jakarta, hampir semua mesjid dihentikan dari kegiatan salat Jumat, salat berjamaah, juga kegiatan lain yang berdampak adanya jikerumunan banyak orang. Begitupun di kota-kota besar lainnya, termasuk masjid besar di pusat kota Bandung, ditutup juga.
Tapi ada juga yang tetap buka, menyelenggarakan salat Jum’at, salat berjamaah pardu, yakni mesjid Al-Azhar, Jakarta. Dari hasil wawancara Gema Mitra via telepon dengan Marbot Mesjid Al-Azhar Pondok Kopi, Jakarta, Deddi Supriadi.
“Semua Masjid Al-Azhar di Jakarta tidak menghentikan kegiatan Salat Jum’at, juga salat berjamaah lainnya tetap dilaksanakan. Kita tidak bisa menahan begitu saja keinginan jamaah untuk tetap menjalankan ibadah di mesjid”, ungkapnya.
Deddi Supriadi yang asli Cibalanarik, Sukaraja menyampaikan pula, bahwa kondisi sosial di Jakarta masih tetap normal, walaupun terjadi sedikit perubahan akibat pandemi corona ini. Beberapa perkantoran, baik pemerintah maupun swasta sudah diliburkan. Hampir semua mesjid dihentikan kegiatannya, terutama salat Jum’atan dan salat berjamaah.
Akibat wabah Corona ini, pihak Al-azhar mempekerjakan para marbotnya hanya 3 jam setiap harinya. Biasanya sampai delapan jam, bahkan lebih.
Walaupun masjid Al-Azhar masih tetap menyediakan layanan salat Jum’at dan salat berjamaah, tetap saja melakukan antisipasi mencegah kemungkinan mudahnya penularan virus.
Dedi menjelaskan, untuk antisipasi, sudah satu minggu karpet masjid tidak dipakai. Setiap sebelum dan sesudah salat berjamaah lantai disemprot dengan disfektan. Ini untuk sterilitas.
Proses berjamaahpun tidak seperti biasa, jarak antara jamaah dengan jamaah direnggangkan satu meter. Semua orang yang mau masuk mesjid dicek suhu tubuhnya, dan yang suhu tubuhnya 27° ya, dikarantina sementara di kamar khusus dan tidak boleh ikut berjamaah.
Selain itu, lanjut Deddi, Jemaah yang mau masuk masjid cuci tangan dengan sabun antiseptic yang disediakan DKM. Tangan disemprot saat datang ataupun saat pulang. ini adalah maksimalisasi pencegahan.
“Kita tidak ingin mengambil resiko besar yang kelak akan menyulitkan banyak orang, untuk itu kami membuat peraturan kepada jemaah yang ingin melaksanakan ibadah di mesjid ini,” pungkas Deddi dari sambungan telepon, saat dihubungi Gema Mitra Rabu 24/03/2020. (Yus)***