Oleh: Orock Kappas (OK)
“Tan hana nguni tan hana mangkè”
Adanya masa kini karena adanya masa lampau. Kalimat itulah yang menyelinap perlahan-lahan dan mengendap dikepala hingga sekarang. Masa lalu beberapa hari ke belakang ada cerita perjuangan yang mengganjal juga menyakitkan. Inilah sebabnya surat cinta ini dilayangkan!
Di Tasikmalaya kota ada beberapa kelompok masyarakat. Jelas masing-masing kelompok mempunyai misi tersendiri untuk menyatakan rasa cintanya. Dalam hal ini salah satunya masyarakat seni.
Kejadian yang mengganjal juga menyakitkan tempo hari jelas tamparan keras bagi para pejuang kesenian atau perwakilan dari masyarakat seni kota ini. Mengapa demikian?
Maaf saya mencela. Mari sejenak kita bermain imajinasi. Ketika seabringan orang datang ke gedung dewan perawakilan rakyat membawa segudang kegelisahan demi kemajuan dunia kecil (seni) di kota tercinta digerbongi oleh dewan kesenian, harus balik kanan dengan membawa rasa kecewa di dada melangkah dengan lemas kakinya karena mesti diulang pertemuannya atas tidak hadirnya kepala DISPORABUDPAR kota Tasikmalaya, Sementara undangan yang diberikan sudah bisa dikatakan cukup lama!.
Padahal perjuangan ini adalah stimulus awal dari perwakilan masyarakat seni kepada pemerintah agar bisa duduk bersama, berdiskusi secara wajar, dan membangun kota dari kacamata dunia kecilnya. Tapi sayang, yang seharusnya stimulus itu harus diciptakan bersama harus bertepuk sebelah tangan saja.
Sebuah cita-cita itu terasa jauh rasanya apa bila berjuang sendirian. Tapi cita-cita akan terasa lebih dekat mencapainya dengan partisipasi bersama. Percaya tidak percaya stimulus yang seharusnya bertepuk tangan bersama ini menjadi semacam vaksin untuk wabah virus dalam dunia kecil (seni) di kota kita bersama. Kalau pun gagal tidak menjadi vaksin disaat ini tidak menutup kemungkinan akan menjadi virus pada masa-masa berikutnya di seulas wajah kota Tasikmalaya.
Ada ungkapan menarik dari seorang pengarang Budi Darma “politik itu bagaimanapun adalah berurusan dengan manusia. Dan manusia bukanlah robot melainkan individu unik yang mengandung teka-teki tak terduga. Hanya kaum senimanlah yang sudah terbiasa bekerja secara intuitif untuk menjelajahi wilayah teka-teki jiwa manusia”.
Mohon maaf sebelumnya. Sebagai masyarakat (seni) saya ingin memberikan setitik asupan pada pemerintah khususnya Kota Tasikmalaya!
“Jika masyarakat meminta bantuan
Maka tolong bantulah tanpa dipilah-pilah”
Pemerintah ibarat ibu dan ayah
Dan masyarakatnya sendiri adalah anak-anaknya
mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda pula.
Jangan beri kami asi basa basi
Jangan beri kami bungkusan harapan
Jangan beri kami pakaian kepalsuan
Jangan beri kami nutrisi kekecewaan.
Sebagai masyarakat!
Kami rindu pelayanan yang santun
Kami rindu berdiskusi tanpa intervensi
Kami rindu berjabat tanpa otot harus menegak
Kami rindu ibu dan ayah yang melayani tanpa rasa lelah.
Karena kota Tasikmalaya bukan rumah milik pemerintah saja bukan pula milik kaum pengusaha.
Tapi kota tercinta Tasikmalaya adalah rumah milik kita bersama. Yang harus dirawat ditata juga dijaga bersama-sama dengan penuh rasa gembira.
Salam cinta yang teramat panjang dari anak mu yang disia-siakan!