GREEN ECONOMY X BI: Concern dan Dorongan Bank Indonesia menuju Transisi Green Economy

Oleh: Keysha Salsabila (Juara 1 Lomba Artikel  BI Se-Priangan Timur)

Do you know what? Pertumbuhan ekonomi sekarang mengalami pergeseran di era ketika isu-isu Climate Change atau perubahan iklim semakin mendominasi, lho. Kerusakan lingkungan juga semakin terlihat di negara kita sekarang. Sudah bukan sedikit lagi, nih, alam kita mengalami kerusakan yang signifikan. Seperti pencemaran air dan polusi udara di kota-kota besar yang sangat dikhawatirkan. Nah, masalah ini tentu saja menjadi ancaman untuk masyarakat dan sumber daya alam yang ada. Maka dari itu, pemerintah perlu mencari jalan keluar dan solusi untuk mengatasi isu tersebut.

Bacaan Lainnya

Solusi apa ya, kira-kira?

Yup! Green Economy. Tentu saja di era sekarang Green Economy terdengar familiar, dong?

Green Economy memang sedang hangat diperbincangkan bukan hanya di Indonesia saja. Selain menjadi solusi yang menjanjikan, Green Economy merupakan model yang sangat pantas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

What is exactly the ‘Green Economy’?

Green Economy atau Ekonomi Hijau merupakan sistem ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi resiko kerusakan lingkungan dengan upaya mengurangi emisi karbon dan dampak negatif lainnya terhadap lingkungan. Tujuannya adalah untuk meminimalisir, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan melalui praktek yang tentunya ramah lingkungan.

Bank Indonesia menjadi salah satu peran yang sangat penting dan memiliki peran strategis dalam mendukung perubahan ini. Apalagi, Bank Indonesia merupakan institusi yang berada di jantung sistem keuangan.

Apa saja peran pentingnya?

1. Merumuskan kebijakan yang mendorong Investasi hijau

2. Mempromosikan praktek-praktek bisnis

3. Memastikan bahwa kondisi keuangan kita tangguh terhadap resiko iklim

Lho, kenapa BI ikut-ikutan?

Well, Winda Putri Listya sebagai Deputi Kepala Perwakilan BI NTB bilang gini, “Awal mulanya kenapa BI bisa sangat concern dengan implementasi ekonomi hijau, adalah karena dampak dari perubahan iklim (climate change) ekstrim, lalu pemanasan global yang pada akhirnya mengganggu supply dari pangan kemudian bisa mempengaruhi harga pangan yang kemudian menyebabkan inflasi.”

Again and again, memang faktor terbesarnya adalah perubahan iklim dan rusaknya ekosistem. Namun selain itu, mengapa Bank Indonesia ikut berperan dalam misi perubahan ini, adalah karena Bank Indonesia punya mandat terkait keuangan berkelanjutan. Dimana Bank Indonesia berwenang dalam mengatur serta mengembangkan keuangan berkelanjutan, dan hal itu pasti berpengaruh serta punya impact besar dalam transformasi green economy ini.

UU PSK memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia, diantaranya:

Pasal 35B (Perluasan Kewenangan di UU BI)

Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia berwenang melakukan:

c. pengaturan dan pengembangan

pembiayaan inklusif dan Keuangan berkelanjutan

Pasal 12B dan 21C (Perluasan Kewenangan di UU Perbankan)

• BUK dan BUS wajib menyalurkan Kredit atau Pembiayaan untuk sektor tertentu, UMKM, pembiayaan inklusif, dan/atau pembiayaan berkelanjutan.

• OJK dan BI berkoordinasi untuk mengatur kewajiban penyaluran Kredit atau

Pembiayaan Berkelanjutan

Pasal 223 – 224 (Koordinasi BI – OJK – Kemenkeu)

• Dalam rangka pengembangan Keuangan Berkelanjutan, Kemenkeu, OJK, dan BI melakukan:

a. Koordinasi, strategi, kebijakan, dan program;

b. Optimalisasi kebijakan fiskal, makroprudensial, moneter, sistem pembayaran, dan makroprudensial;

c. pengembangan basis data dan infrastruktur**; dan

d. menyusun taksonomi berkelanjutan

• Kemenkeu, OJK, dan BI Membentuk Komite Keuangan Berkelanjutan

• Taksonomi berkelanjutan diatur melalui PP

Dan guys, ada 2 isu utama nih di topik Green Economy kali ini, antara lain:

1. Pertumbuhan Hijau (Green Growth)

Pertumbuhan Ekonomi dengan produk domestik bruto

Fokus Green Growth:

• Mengurangi kemiskinan

• Meningkatkan inklusi sosial

• Keberlanjutan lingkungan

• Efisien Sumber Daya

2. Pendanaan Hijau (Green Financing)

Mengalihkan pendanaan seperti investasi, subsidi, dan lain-lain. Hm, lalu tantangan apa saja sih yang dihadapi Bank Indonesia dalam transformasi Green Economy?

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan 4 tantangan bank sentral dalam menghadapi peradaban baru akibat pandemi Covid-19.

Pertama, resiliensi. Apa dan bagaimana upaya mempercepat pemulihan ekonomi dan mendorong perekonomian menjadi lebih kuat dan resilien.

Kedua, digitalisasi. Akselerasi ekonomi dan keuangan digital nasional yang menjadi game-changer selama pandemi, serta digitalisasi di berbagai bidang lainnya.

Ketiga, inklusi, yaitu perlunya akselerasi inklusi ekonomi dan keuangan, khususnya pada UMKM dan sektor pertanian melalui klasterisasi, kewirausahaan, akses pembiayaan, dan digitalisasi.

Keempat, ekonomi hijau (green economy). Tekanan untuk ramah lingkungan yang semakin tinggi perlu direspons melalui kebijakan reformasi struktural maupun digitalisasi.

Nah, poin keempat yang akan kita ambil untuk fokus topik sekarang. BI benar-benar mengambil peran dan mendukung negara kita untuk melangkah lebih maju memiliki kesejahteraan ekonomi (well-being economy).

BI juga melakukan pengembangan melalui dukungan kebijakan makroprudensial yang ramah terhadap lingkungan, antara lain kebijakan pembiayaan berwawasan lingkungan (green financing).

Woah, sejauh topik yang kita bahas, apa saja ya dampak dan manfaat jangka panjangnya?

1. Meningkatnya Lapangan Pekerjaan

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Pendanaan hijau menjadi salah satu isu utama dalam topik Green Financing, dan kita ada mention persoalan investasi. Investasi dalam Green Economy diperkirakan bisa menciptakan lapangan kerja 7 sampai 10 kali lipat lebih banyak dibanding investasi konvensional. Lho, gimana? Kok bisa? Ya, karena sektor-sektor hijau cenderung menggunakan lebih banyak tenaga kerja manusia.

2. Berkurangnya Limbah

Oh ya tentu saja, dong, Green Economy pasti menjadi model yang berkontribusi dalam pengurangan limbah. Diperkirakan dengan estimasi penurunan sekitar 18-52 persen dibanding bisnis konvensional. Hal ini berdampak penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 126 juta ton karbon dioksida. Wow, dampak positif nya bukan main-main ya kalau Green Economy sukses besar!

3. Ketahanan Pangan Lebih Stabil

Green Economy berdampak positif terhadap ketahanan pangan nasional. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Green Economy, perubahan iklim yang dapat berdampak negatif terhadap hasil pertanian dan kelautan dapat dicegah sehingga ketahanan pangan menjadi lebih stabil.

4. Peningkatan Produk Domestik Bruto Indonesia

Selain membuka lapangan kerja baru, ekonomi hijau (Green Economy) berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia secara signifikan. Berdasarkan kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, penerapan Green Economy dapat meningkatkan PDB Indonesia sekitar Rp.593 triliun hingga Rp.638 triliun pada 2030.

Huft… Gimana? Sampai sini sudah cukup paham dengan kebijakan Bank Indonesia soal Green Economy?

Jadi, sangat bisa disimpulkan kalau Bank Indonesia ini memegang peran penting terhadap transisi Green Economy ini. Ya, memang sudah jelas berperan penting dari awal, karena Bank Indonesia adalah peran utama di bidang moneter dan keuangan. Strategi-strategi dan prinsip-prinsip yang disusun menunjukkan bahwa Bank Indonesia berkomitmen kuat untuk mendorong investasi ekonomi hijau, pertumbuhan hijau, dan pendanaan hijau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *