Refleksi dari Kalimat Sunda: Antara Doa dan Realita Saat Sakit

Oleh: Elis Mulyati, M.Pd

Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mendengar ungkapan ringan namun menyimpan makna dalam: “Tos gering mah batur mah ngan saukur ngucapkeun, mugia enggal damang.” Kalimat dalam bahasa Sunda ini berarti, “Kalau sudah sakit, orang lain hanya bisa berkata semoga cepat sembuh.” Sebuah kalimat yang terdengar simpatik, namun sekaligus menyadarkan kita bahwa pada akhirnya, hanya kita sendiri yang merasakan penderitaan itu. Orang lain bisa memberi doa, kata-kata manis, bahkan dukungan moral — namun rasa sakit, biaya berobat, ketidaknyamanan, dan semua beban fisik maupun mental adalah tanggung jawab kita sendiri. Sakit bukan hanya melelahkan secara fisik, tapi juga menguras secara emosional dan finansial.

Bacaan Lainnya

Sehat Itu Berharga, Sakit Itu Mahal

Banyak orang baru menyadari berharganya kesehatan saat tubuh sudah mulai lemah, ketika tenaga tak sekuat dulu, atau ketika hasil pemeriksaan medis mulai menunjukkan angka merah. Kita sering mengabaikan pentingnya menjaga kesehatan hingga terlambat. Padahal, sehat adalah kekayaan paling awal yang kita miliki sejak lahir, dan menjaga kesehatan adalah bentuk cinta pada diri sendiri yang paling sederhana, namun paling penting.

Jika bukan diri kita sendiri yang peduli dan berusaha untuk berubah, lalu siapa lagi? Jangan menunggu sakit untuk sadar bahwa hidup yang bahagia itu bersumber dari tubuh yang sehat.

Ubah Pola Pikir: Bahagia Dimulai dari Sehat

Kita harus mulai mengubah pola pikir kita: hidup bahagia itu bukan dari materi, bukan dari validasi orang lain, tapi dari tubuh dan jiwa yang sehat. Untuk itu, tentu ada pengorbanan yang harus dilakukan: meluangkan waktu untuk berolahraga, mengatur pola makan, serta menjaga kualitas tidur.

1. Pilih Olahraga yang Membuat Bahagia

Olahraga bukan harus selalu berat atau menyiksa. Carilah jenis olahraga yang kita sukai, yang membuat kita merasa senang, membuat candu positif, dan membuat kita merasa bersalah kalau tidak melakukannya. Ketika olahraga sudah menjadi bagian dari gaya hidup, maka tubuh akan memproduksi hormon endorfin – hormon kebahagiaan – yang membantu kita merasa lebih bahagia, lebih semangat, dan lebih positif menjalani hari.

2. Atur Pola Makan dengan Sadar

Setelah tubuh lelah berolahraga, tentu sayang rasanya jika semua usaha itu hancur karena pola makan yang sembarangan. Mulailah bertanya pada diri sendiri: apakah makanan ini benar-benar dibutuhkan tubuh, atau hanya memenuhi nafsu sesaat? Dengan pola makan yang terkontrol dan seimbang, ditambah dengan pemahaman nutrisi dan kalori, tubuh akan mendapatkan apa yang benar-benar dibutuhkannya, bukan hanya sekadar kenyang, tapi juga sehat.

3. Jaga Kualitas Tidur

Olahraga sudah, makan sehat sudah, namun tidur masih berantakan? Maka hasilnya tak akan maksimal. Tidur adalah waktu tubuh memperbaiki diri, menyegarkan pikiran, dan memperkuat imun. Kurangnya tidur bisa membuat olahraga jadi terasa lebih berat, metabolisme melambat, dan pikiran menjadi mudah stres. Maka, sambungkan pola tidur dengan usaha kita yang lain: sudah capek olahraga, sudah menahan makan tidak sehat, sayang kalau semuanya tidak seimbang karena kurang tidur.

Pengalaman Pribadi: Bukti dari Perubahan Gaya Hidup

Penulis sendiri sudah merasakan manfaat nyata dari perubahan gaya hidup ini. Dengan olahraga rutin, makan sesuai kebutuhan dan defisit kalori, serta pola tidur yang baik, tubuh menjadi lebih bugar, wajah lebih segar, suasana hati lebih bahagia, dan sebagai bonus – tubuh menjadi lebih langsing. Ini bukan hasil instan, tapi hasil dari konsistensi, disiplin, dan komitmen mencintai diri sendiri.

Syukuri Nikmat Sehat

Sehat adalah nikmat yang tidak bisa dibeli, dan hanya bisa dijaga. Jangan sia-siakan kesempatan hidup dalam keadaan sehat. Namun ingat, sehat bukan hanya fisik, tapi juga mental dan hati. Menjaga kesehatan hati — dengan menjauh dari iri, dengki, dendam, dan pikiran negatif — adalah kunci menuju kebahagiaan sejati.

Kesehatan adalah tanggung jawab pribadi, dan mencintai diri sendiri adalah awal dari kehidupan yang penuh makna. Mulailah hari ini. Jika bukan sekarang, kapan lagi?

Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *