Ecep Sukron Munir, ST.,M.M atau lebih dikenal dengan nama John Sukron adalah seorang musisi dan penulis lagu sekaligus penyanyi yang kini menjabat sebagai Kasubid Tata Ruang dan Lingkungan Hidup di Bappeda Kabupaten Tasikmalaya.
Ecep Sukron Munir lahir di Tasikmalaya 47 tahun silam. Kegemarannya terhadap musik bergenre Rock membuatnya pernah memiliki grup band bahkan sampai memiliki album. “Dulu pernah membuat band album Use Key Band (2005), single album Moa Band (2008) dan membuat single bersama Band Mega dengan hit berjudul Dara”, ungkap John Sukron, ditemui Gema Mitra dirumahnya beberapa waktu lalu.
Perjalanan bermusiknya terbilang tidak sembarangan. Karena setelah ditelusuri, selama proses kreatifnya tidak jauh dari orang-orang yang sukses besar di dunia permusikan saat ini. Mulai belajar bermain gitar di rumah tetangganya secara sembunyi-sembunyi karena sangat dilarang oleh orangtuanya untuk belajar gitar, John Sukron yang kala itu duduk di kelas 5 (lima) Sekolah Dasar tidak pernah berhenti mengulik gitar, mengahapalkan kunci-kuncinya lalu memainkannya tiada henti dan berulang-ulang.
Lagu pertama yang tidak pernah berhenti dimainkan oleh John Sukron kecil pada waktu itu adalah lagunya mendiang Tommy J. Pisa yang berjudul “Biarkan Aku Menangis” dengan senar gitarnya yang berasal dari kawat rem. Oleh karena hidup di lingkungan pesantren yang cukup ketat dengan peraturan, John Sukron sangat dilarang untuk belajar memainkan alat musik selain rebana.
Tetapi dirinya tidak menyerah begitu saja, ia terus mengulik gitar dan bernyanyi bersama teman-temannya secara sembunyi-sembunyi. Sampai pada saat ia manggung bersama grup band pertamanya ketika SMA yang kala itu di SMAN 2 Tasikmalaya, dirinya semakin mantap untuk terus belajar dan belajar lagin mengenali music terutama gitar.
Fika Ratna Andriani, SH, perempuan bersahaja yang dinikahi John Sukron pada tanggal 1-11-2011, sangat mendukung perjalanan karir seorang ASN yang juga seorang musisi dan pencipta lagu juga penyanyi ini. Dari perempuan yang menjadi sumber inspirasinya dalam segala aspek kehidupan tersebut, dirinya dikaruniai dua anak. Pertama Fadhil Karim Syukron Putra yang kini berusia 7 (tujuh) tahun, dan kedua Muhammad Bintang Syukron Putra yang kini berusia 5 (lima) tahun. Selain sebagai ibu rumah tangga, Fika tercatat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementrian Agama Kota Tasikmalaya. Meski demikian, ia tak pernah berhenti memberikan dukungan kepada sang suami. Bahkan pernah ketika hamil besar rela menunggu latihan band selama 2 jam lebih hingga ketiduran di dalam mobil.
John Sukron bercerita bahwa setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun 2005, dirinya masih terus bermusik walaupun jangka waktunya menjadi sangat terbatas dan tidak terlalu intens. Bahkan cenderung dilakukan hanya untuk menghilangkan suntuk. Baginya pengabdian kepada negara sebagai ASN adalah yang paling utama, hingga ia menuai banyak prestasi.
Meski lahir di lingkungan pesantren, John Sukron tidak menutup diri dalam bergaul. Ia membaur dengan teman sebayanya dan bersekolah di SDN Cibeureum, SMP Darul Arqom Garut dan SMAN 2 Tasikmalaya kemudian mendapat gelar ST di UNISBA lalu M.M di UNSIL.
Sosok sang Ibu Hj. Nida merupakan orang yang selalu mengajarkan kedisiplinan kepadanya sedari kecil. Termasuk ketika dirinya diajarkan untuk bisa menjadi penyanyi rebana. Ibunya akan sangat marah kalau John Sukron bernyanyi dengan nada fals.
Hj. Nida pernah menjadi juara kesatu MTQ se-Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, ia juga mempunyai hobi menyanyi. Bahkan sangat menyukai musik Slank. Sementara sang Ayah H. Munir selain sebagai pengusaha konveksi yang sukses pada kala itu, ia juga merupakan seorang pensiunan ASN yang mengabdi di Departemen Agama. ”Jika ada Slank di Televisi, maka Ibu pasti akan menonton,” kata John Sukron. Dibesarkan dalam keluarga dengan darah seni yang kental dan pendidikan pesantren yang ketat, membuatnya tumbuh menjadi seorang seniman musisi dan penyanyi yang juga ASN ini hidup dengan cita-cita tinggi dan pengalaman hidup yang tidak sedikit.
Belajar Musik dari Azis MS – Jamrud
Awal mula bertemu dengan musisi Rock legendaries Indonesia Azis MS gitaris Band Jamrud yaitu ketika John Sukron tinggal di Bandung tahun 1992. Ketika itu nama band Jamrud masih Jamrock. Belajar banyak mengenai musik terutama gitar dari Azis MS membuat skill gitarnya semakin matang. Bermodalkan gitar Ibanez pemberian sang Ibu, mengantarkan permainan gitarnya ke level yang lebih tinggi hingga memiliki album indi label pada tahun 2005 yang laku sekitar 1000 keping kaset di daerah Tasikmalaya, merupakan langkah awal dalam karier profesional bermusiknya.
Walaupun seringkali belajar bermain gitar, namun sebenarnya posisi dalam band yang dibentuknya adalah sebagai vokalis. Ada sebuah kejadian yang membuatnya menjadi gitaris, tidak lagi vokalis. Menurut ceritanya, “awal mula menjadi gitaris adalah ketika ada seorang anggota baru di band-nya yang suaranya lebih bagus. Jadilah orang yang baru datang itu dinobatkan sebagai vokalis, lalu saya menjadi gitaris,” tuturnya.
Piknik Yu Ka Tasik
Piknik yu ka Tasik
Piknik yu ka Tasik
Piknik yu ka Tasik
Kan kuberi kau berjuta mimpi
matahari bersinar terang
puncak gunung tinggi menjulang
angin yang bertiup di antara dedaunan
menbah nikmatnya keindahan
kuingin kau ada di sini
temani hidupku tiap hari
pagi siang sore dan malam hari
menikmati indahnya surgawi
Piknik yu ka Tasik
Piknik yu ka Tasik
Piknik yu ka Tasik
Kan kuberi kau berjuta mimpi
Piknik yu ka Tasik
Piknik yu ka Tasik
Piknik yu ka Tasik
Kan kuberi kau berjuta cinta
dan kuakan menunggu di sini
Lagu Piknik Yu Ka Tasik merupakan single pertama setelah selama lima tahun Jhon Sukron tidak menciptakan lagu sama sekali. Lagu ini pertama dituliskan bulan Juli 2018. Kemudian berproses sampai akhirnya rilis pada bulan Januari 2019.
Menurut ceritanya bahwa lagu ini notasinya lahir sendiri. Ketika mendengar lagu ini pertama kali, anaknya terus minta diulang-ulang hingga terus terngiang-terngiang. Dan jadilah lagu tersebut seperti yang sekarang sering didengar di tempat wisata dan di tempat liburan lain yang ada di Tasikmalaya.
Lagu ini menjadi lagu wajib bagi warga Tasikmalaya yang hendak liburan.
“Lagu ini awalnya rekam sendiri, mixing sendiri. Hingga akhirnya ada pihak indi label yang mengajak saya untuk mixing di studio yang lebih besar, dan Alhamdulillah hasilnya jauh lebih baik dari semula”, ungkap John Sukron. Lagu ini sudah banyak sekali dicover oleh vloger dan youtuber. Ada cerita menarik mengenai pembuatan videonya, yang mana Ia bersama tim berangkat ke Gunung Galunggung selepas Subuh, hingga jam enam sudah berada di puncak Gunung Galunggung. Bisa dibayangkan pagi buta membawa gitar menaiki tangga Galunggung yang jumlahnya sangat banyak itu.
Air Terjun
sepekan lamanya kita terus bekerja
sempatkan satu hari untuk kita hiburan
bersenang-senang
tak banyak perlengkapan yang harus dibawa
cukup hanya makanan yang ringan-ringan saja
untuk di sana
menikmati indahnya hari
bersama hangat sang mentari
riuh rimbun dedaunan
semua itu yang kurindukan
ingin ke air terjun
mau ke air terjun
bercengkrama di sana
ingin ke air terjun
mau ke air terjun
dan berenang di sana
bersama dirimu
Lagu Air Terjun ini adalah single kedua di tahun 2019. Yang paling berkesan dari lagu ini selain proses pembuatan lagunya yaitu pembuatan video klipnya yang bertempat di Curug Badak Desa Sukamukti Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya.
Lagu Air Terjun ini, menurut Irvan Mulyadie, sahabat yang juga ikut menggarap video klipnya ini mengungkapkan sisi lain manusia yang senantiasa terikat dengan keindahan alam. Di antara rutinitas kerja yang membuat urat saraf menjadi tegang, maka solusinya adalah beristirahat sejenak. Melepaskan beban di pundak barang sebentar. Istirahat. Menikmati dan menghayati kebesaranNya melalui ciptaan pemandangan alam. Merasakan kesejukan hembus angin dan dinginnya semburan air terjun.
“Lagunya sangat enak didengar dan mudah dihapalkan. Dengan irama musik rock yang khas, lagu ini benar-benar cukup menghibur. Sukses untuk John Sukron,” pungkas Irvan. (Red)***