Kuliah di Luar Negeri, Siswa Asal Tasikmalaya Ini Pilih Beasiswa ke Rusia Jurusan Jurnalistik

Alt

Gema Mitra – Kota Tasik

“Tidak pernah terpikirkan untuk berkuliah di luar negeri” kata Setiaji seorang alumni SMAN 1 Tasikmalaya lulusan Tahun 2017 yang mendapatkan Beasiswa ke Rusia program S1 jurusan Jurnalistik di Southern Federal University Rusia.

Putra pertama dari pasangan suami istri Aa Yudi Mulyadi dan Euis Suharti ini mempunyai tekad yang kuat. Karena menurutnya bermimpi itu mudah, namun untuk mewujudkannya butuh perjuangan dan perjuangannya membawa ia pergi ke Negeri Beruang Putih. “Melihat semangatnya, kami selaku orang tua hanya bisa mendukung dan mendoakan,” ungakap Aa Yudi saat ditemui Gema Mitra di rumahnya Jalan Ampera No. 139 kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, Senin 26/08/2019.

Aa menuturkan, semasa sekolah Setiaji merupakan seorang murid yang tergolong biasa saja, namun ia memiliki mimpi dan teman-temannya menilai ia anak yang kreatif. Dibalik mendapatkan beasiswa Rusia, sebelumnya ia sempat gagal beberapa kali untuk memasuki Universitas Negeri di Indonesia. Meski ada juga dua Universitas Negeri yang menerima, namun ia tidak berminat karena jurusannya tidak cocok. “Kegagalan Setiaji untuk mendapatkan Universitas di Indonesia sempat membuatnya putus asa dan menyerah, namun mengingat mimpinya ia kembali bangkit dari keputusasaanya”, ujar Aa.

Lebih lanjut dikatakan, informasi yang Setiaji dapatkan tentang beasiswa Rusia ini secara tidak sengaja, ketika ia sedang praktik Bahasa Inggris di salah satu aplikasi video chat lalu ia bertemu dengan seorang Mahasiswa Indonesia yang kuliah di Rusia. Mahasiswa yang sedang berkuliah di Rusia pun memberikan informasi tentang beasiswa dan akses menuju Rusia.

Berangkat dai informasi tersebut, Setiaji mencari informasi lebih detail lagi di internet. Awalnya ia tidak terlalu tertarik pada beasiswa tersebut, karena dipikirannya orang tua akan mengeluarkan biaya yang lebih mahal dari pada biaya kuliah di Indonesia. “Namun kembali pada tekadnya, terlebih ia sangat menyukai Jurnalistik semanjak ikut ekstrakurikuler di SMPN 1 Tasikmalaya hingga ia dipercaya untuk mengisi konten di sebuah Majalah dan jurnal sekolah”, papar Aa.

Setiaji pun mencari lagi informasi mengenai biaya hidup di Rusia pada seorang Mahasiswa yang sudah tinggal lama di Rusia. Kemudian ia membulatkan keputusannya untuk mendaftar Beasiswa Rusia di tahun berikutnya, karena pendaftaran sudah di tutup.

Selama menunggu pendaftaran dibuka, pria kelahiran Tasikmalaya 1 April 1999 ini pun mempersiapkan diri untuk seleksi penerimaan beasiswa Rusia seperti belajar bahasa inggris dan rusia, membuat passport, dan mempersiapkan dokumen lainnya. Namun disisi lain, Setiaji juga harus meyakinkan orang tuanya untuk berkuliah di luar negeri. Ia pun sempat diragukan oleh keluarganya dan teman-temannya. Tapi itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus berjuang mendapatkan Pendidikan di luar negeri. Perjuangannya pun berbuah hasil, ia diterima sebagai penerima beasiswa Rusia. “Dari kegagalan masuk Universitas di Indonesia, Allah memberikan rencana indah untuk berkuliah di luar negeri yang bukan rencana saya sebelumnya.” Ungkap Setiaji kepada Gema Mitra melalui pesan media sosial.

Tepat tanggal 24 Oktober 2018, Setiaji pergi ke Rusia, perasaan senang dan sedih menjadi satu. Senang bisa pergi kuliah di luar negeri dan sedih meninggalkan keluargnya di Indonesia. Suhu 5 derajat Celsius menyambut ia di Bandar Udara Internasional Domodedovo Rusia. Kejadian yang tidak diharapkan terjadi, ia dan teman-temannya sebanyak 161 orang dari Indonesia yang akan di sebar ke seluruh kota di Rusia tertinggal Bus dari Moskow menuju tempat selanjutnya. Terpaksa Ia dan teman-temannya menginap satu hari di Kota Moskow untuk menaiki Bus di hari esoknya. Perjalanan 16 jam ditempuh dari kota Moskow ke sebuah kota yang berada di Selatan Rusia yaitu Rostov on Don. Di Kota Rostov on Don suhunya tidak sedingin Moskow namun tetap saja terasa dingin untuk Setiaji yang pertamakalinya merasakan suhu dingin di luar negeri.

Sebelum Setiaji mengikuti kegiatan perkuliahan ia perlu mengikuti kelas bahasa selama 8 Bulan. Di hari pertama kelas bahasa ia bertemu dengan teman-temannya dari Negara lain seperti Kolombia, Ekuador, China, dan Turkmenistan. Gurunya pun memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa inggris dan gurunya berkata jika ia akan mengajar menggunakan bahasa inggris selama satu bulan dan untuk bulan berikutnya menggunakan bahasa Rusia.

Setiaji menuturkan, di bulan pertama saya merasa kesulitan kemudian di bulan berikutnya perlahan mulai memahami ketika gurunya mengajar menggunakan bahasa Rusia. “Ketika merasa kesulitan dalam pembelajaran terlebih memahami tentang bahasa Rusia, saya dan teman-teman sering mengadakan belajar bersama, saling membantu”, ungkapnya.

Ketika hari ujian Bahasa Rusia tiba, ini merupakan hari yang ditakutkan dan kejadian yang tidak diinginkan pun terjadi, Setiaji harus mengulang ujian kedua kalinya. Lalu, ia belajar lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Mengingat Setiaji merupakan penerima beasiswa Rusia, ia sempat takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena nilainya tidak bagus. Namun, ia berhasil melawan ketakutannya dan berhasil mendapatkan hasil yang sempurna di ujian keduanya.

Setiaji bercerita tentang kehidupan di luar negeri, bahwa tidak seperti yang dibayangkan akan merasa senang selamanya tinggal di luar negeri, masalah bisa datang kapan saja. Masalah dengan teman, masalah dengan orang-orang sekitar, masalah dalam belajar dan masalah dalam lingkungan. Namun masalah-masalah tersebut bisa dihadapinya.

Saya bertekad jika sudah membuat keputusan untuk tinggal di luar negeri, maka harus menerima apa yang terjadi, harus siap dengan segalanya, gak boleh lemah, karena saya percaya bahwa Tuhan memberikan beban pada hamba-Nya sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Selain itu, yang harus di ingat adalah dimanapun kalian berada jangan sampai masuk ke dunia yang salah, harus bisa menjadi diri sendiri. “Intinya Harus yakin pada diri sendiri, jangan terlalu memikirkan perkataan orang lain yang membuatmu jatuh, justru jadikan perkataan itu untuk membangun dirimu supaya lebih kuat, bermimpilah setinggi-tingginya dan tunjukan bahwa kita bisa.” pungkasnya.  (Kesit)***

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *