OLeh: Budiman
Pesantren Ramadan DKM Miftahul Falah yang berlokasi di Perum Bukit Idihiang Permai Kel/Kec. Indihiang Kota Tasikmalaya pada malam tanggal 25 Ramadan 1440 H atau 29/5/2019 telah melaksanakan Malam Bina Iman dan Taqwa di Mesjid Miftahul Falah.
Kegiatan tersebut merupakan penghujung rangkaian program pesantren Ramadan yang sudah ditetapkan sebelumnya sekaligus dikaitkan dengan malam menjemput Lailatul Qadar. Rangkaian acara untuk mengisi MABIT itu sendiri diantaranya mulai dari pemberian materi tentang sikap dan prilaku yang harus dumiliki oleh seorang pemimpin sesuai dengan syariat islam yang disesuaikan dengan karakteristik lingkungan, istirahat untuk melaksanakan tidur malam, makan dan minum sebagai penjaga stamina tubuh, bangun malam untuk melakksanakan shalat tahajud, ngaji berjamaah, menonton film pendek yang menyasar dan mengasah kecerdasan emosi dan rohani atau Emotional and Spiritual Quotient (ESQ), serta musafahah.
Tujuan penulis dan panitia mengadakan MABIT ini sebenarnya sangat sederhana yaitu mempersiapkan, membangun, dan mengembabngkan sumber daya manusia yang diwakili oleh peserta pesantren Ramadan mampu beradaptasi dengan lingkungan dan dunia global dengan percaya diri di era 4.0 yang serbab terbuka dan menyongsong era 5.0. yang dengan siap sedia harus dihadapi dan tidak dihindari.
Namun, melihat kenyataannya, Sumber daya manusia khususnya para generasi muda terbuai dengan dunia yang serba hingar bingar, berlomba-lomba untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam masa yang cepat mengabaikan proses yang sangat panjang tanpa menyadari kehendak mereka itu belum tentu dapat memberi kebahagiaan atau kepuasan diri. Oleh sebab itu, Sumber daya manusia sentiasa mengalami keresahan dan kegelisahan yang luar biasa sehingga menyebabkan mereka terasing dengan dirinya sendiri. Keadaan itu mengakibatkan terwujudnya fenomena seperti gangguan jiwa, moral dan masalah sosial di kalangan mereka yang tidak mengira usia, pangkat maupun tahap pendidikan.
Semua orang berlomba-lomba Menciptakan IQ (Intelektual Quotient) di dalam membangun hidupnya. Padahal IQ hanya sebatas kemampuan seseorang mengetahu sesuatu dan mendalami suatu ilmu. Belum tentu orang yang mempunyai ilmu, ia dapat menggali potensi untuk membangun kerjasama intrapersonal dan beraqidah yang baik. Jadi, selain IQ manusia juga membutuhkan EQ dan SQ untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari agar lebih bermakna.
Ditambah lagi, pandangan manusia di era sekarang ini sudah apatis (tidak peduli) akan permasalahan orang lain. Padahal kita disebut mahluk sosial, mahluk yang saling membutuhkan satu sama lain, serta harus berlandaskan pada syariat agama. Oleh karena itu, kita harus mengolah EQ dan SQ kita dengan mendengar suara hati positif agar bisa memaknai hidup dengan lebih baik
Dalam mengolah EQ manusia harus menghilangkan prinsip keangkuhan dan egoisme. Karena dalam diri manusia mempunyai suara hati positif di dalam menyikapi permasalahan hidup. Mulai dari simpati baik kepada diri kita maupun kepada oranglain. Oleh karena itu hasil dari EQ adalah bagaimana kita menjalin hubungan yang baik kepada orang lain. Untuk melatih hal ini, ada beberapa tahap yaitu mulai dari memahami keadaan lingkungan, melatih diri kita untuk menyelesaikan masalah pribadi terlebih dahulu, , lalu mencari solusi atas permasalahan orang lain, berani untuk tampil dalam mengasah potensi diri lalu membiasakan hal tersebut dan output nya orang tersebut akan berhasil di hari kelak.
Demikian pentingnya acara MABIT tersebut, maka penulis, panitia, dan relawan sangat bersemangat ketika melaksanakannya. terbukti respon yang di terima oleh penulis dari peserta dan sebagian orang tua sangat antusias dan mendorong terhadap pelaksanaan tersebut. Semoga harapan pelaksanaan MABIT dalam rangka Membangun Sumber Daya Manusia untuk Mampu Beradaptasi dengan Lingkungan dan Dunia Global dapat terwujud.
Semoga***