Oleh : Nina Setianingsih, S.Pd.AUD (Guru TK PGRI Rancabogo Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya)
Berawal pada masa Pandemi, sekolah Taman Kanak- Kanak (TK) ditutup total dan pembelajaran digantikan secara daring. Untuk anak TK belajar daring tentunya tidak se-menyenangkan ketika belajar tatap muka karena anak bisa bersosialisasi dengan teman atau gurunya.
Pada saat itu terbersit untuk membuat satu wahana edukasi stimulasi anak usia dini dengan membuat wahana miniatur yang digemari anak-anak. Di atas lahan seluas 6×14 meter, kami membuat miniatur ruangan sebanyak tiga lokal.
Miniatur-miniatur ruangan itu kami sulap menjadi area balok, minimarket, dan klinik dokter dan lain-lain, dengan pertimbangan pembelajaran daring yang dilakukan selama periode tertentu di rumah, dalam satu bulan satu kali anak diperbolehkan main ke sekolah dengan jadwal berkala.
Seperti kita ketahui, pada saat itu mall ditutup, anak-anak benar-benar terkurung di rumah, sementara kita tahu kondisi anak usia dini adalah bermain, bergerak, bersosialisasi dengan teman. Untuk itu mengantisipasi “Learning Loss” wahana ini dapat menjadi arena edukasi dimana anak-anak tidak merasa dikurung lagi, tidak kehilangan stimulasi, tetap dapat bersosialisasi dan tetap dapat belajar sambil bermain.
Seiring berjalannya waktu, pada bulan Agustus 2021 pemerintah Kota Tasikmalaya membolehkan PTMT (pertemuan tatap muka terbatas) untuk anak-anak TK. Hal ini disambut gembira oleh anak-anak, dengan pengaturan jadwal berkala untuk menghindari kerumunan.
Mereka sangat antusias, wahana edukasi ini menjadi tempat favorit anak-anak ketika mereka berkunjung ke sekolah. Selain itu halaman sekolah TK PGRI Rancabogo kami optimalkan sebagai lahan tanam sayuran dan apotek hidup.
Agar lebih efektif kami akhirnya membuat program Sister School selain sekolah kami bisa dijadikan wahana edukasi kami pun ingin sosialisasi anak usai dini dapat berkembang sempurna setelah anak-anak mengalami BDR.
Kami juga mulai membuka diri untuk menjalin kemitraan dengan sekolah-sekolah yang ada di kota kami. Mereka menyambut baik, karena dalam masa PPKM mengunjungi wahana edukasi di luar kota belum diperbolehkan.
Untuk itu melalui program Sister School, kami melakukan pertukaran kunjungan untuk memberikan pengalaman dan atau ilmu baik kepada peserta didik maupun guru. Selain itu di wahana edukasi ini kami pun memberikan pelatihan seperti fun sains, kreatifitas dan seni bagi peningkatan kompetensi gurunya. Hal ini kami kemas sedemikian rupa agar pertukaran ilmu dan budaya ini lebih menitikberatkan empati dan peningkatan motivasi untuk maju baik bagi peserta didik, guru dan kepala sekolah.
Manfaat yang didapat ketika siswa yang saling berkunjung yaitu diberinya kesempatan untuk memahami kebiasaan belajar, semangat dan pola masyarakat setempat dengan lebih baik, ketimbang diajak untuk mengunjungi tempat wisata.
Selama ini Sister School dianggap sebagai program sekolah internasional, maka sangat jarang menyentuh sekolah-sekolah desa yang masih sederhana. Padahal pertemuan siswa-siswa yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda adalah sebuah wahana untuk melatih kepekaan siswa terhadap fakta kehidupan manusia yang beragam.
Kami pun setelah mendapat kunjungan sekolah mitra, kami mengadakan kunjungan balik ke sekolah mitra untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berbeda baik bagi peserta didik ataupun bagi guru dan kepala sekolah.
Program ini telah kita laksanakan sejak 2017. Semoga kegiatan ini dapat melengkapi kepingan-kepingan puzzle yang mungkin sempat hilang pada saat peserta didik kurang mendapatkan stimulasi di rumah dikarenakan BDR. Melalui kegiatan praktik langsung anak atau peserta didik diharapkan mendapatkan pengalaman dan pemahaman tentang suatu tema yang dipelajari.***