Sebuah Sinopsis Novel Cita-Cita Titik Dua Petani: Siapa Penggali Kubur Mimpi Anak Remaja?

Orang tua bijak tentu harus lebih paham dengan keinginan anak dalam belajar. Seharusnya, orang tua menjadi support system untuk anak-anaknya. Orang tua Bisa mengetahui bakat anak dan mulai menggalinya sejak dini.

Novel ini menceritakan beberapa anak dalam mengejar cita-cita mereka. Pratama adalah salah satu anak yang sangat ingin menjadi seorang petani. Ia pikir untuk apa nilai matematika, fisika dan belajar di salah satu sekolah ternama? Toh, cita-citanya sudah bulat, jadi petani! Sosok anak ini terlahir dari keluarga sederhana yang harmonis. Anak remaja model begini tidak mudah dijumpai pada zaman sekarang. Terutama saat ia memilih cita-citanya sebagai petani. Apalagi, ia sangat bangga menjadi anak seorang petani.

Read More

Pratama merupakan murid yang ulet, cerdas, dan berprestasi. Ia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran. Soal mendapatkan cemoohan di sekolah, sudah menjadi hal biasa baginya. Bahwa ia anak seorang petani yang dianggap anak miskin, sangat disadarinya. Untungnya, ia punya teman seperti Menik dan Randi yang selalu mendukungnya.

Menik merupakan sosok anak perempuan hitam manis yang bercita-cita jadi bintang film. Akan tetapi, ia tidak pandai dalam pelajaran matematika. Cita-citanya sempat ditertawakan oleh semua teman sekelasnya. Karena hal itu, mukanya memerah. Tertawaan teman-temannya itu membuat dirinya menangis. Sosok yang ceria ini tinggal bersama neneknya. Keberadaan kedua orang tuanya entah di mana. Di sini, penulis belum mengisahkan secara gamblang tentang masa lalu sosok Menik. Meskipun begitu, sosok ayah dan ibu selalu dirindukannya. Di sisi lain, Menik selalu dilirik oleh salah satu teman prianya, Randi.

Randi adalah seorang anak dari kalangan berada. Namun nahas, orang tuanya bercerai. Ayahnya berkelana sebagai pelukis. Karena pilihannya itu, untuk mengejar cita-citanya. Randi senang sekali dengan komik, dan ia ingin sekali menjadi komikus handal.

Untuk meraih cita-cita itu jalannya tidak mulus! Randi salah satu contoh anak yang harus mengubur cita-citanya demi berbagai keinginan ibunya. Menurut ibunya, sukses itu kuliah di univeritas bergengsi. Dengan mendapatkan nilai tinggi, menjadi dokter, dan arsitek. Itulah pandangan sukses bagi ibunya. Randi hanya bisa pasrah dengan semua keinginan ibunya itu.

Di novel ini kita bisa melihat beberapa pelajaran. Bagaimana Menik dan Tama yang dengan kepercayaan diri keduanya, bisa mencapai cita-citanya? Dengan proses panjang yang tentunya tidak mudah. Kita pun bisa melihat perspektif orang tua yang memaksakan keinginannya kepada anak-anak mereka? Lihatlah dampak buruk setelah itu!

Tidak sedikit kasus ketika anak tidak lulus, nilai tidak bagus, anak-anak menjadi takut dan frustasi. Di antara mereka, sampai berani mengakhiri hidupnya. Misalnya, sosok Pipit yang diceritakan oleh penulis di buku ini.

Penulis pun mengembangkan perspektif tentang petani. Rata-rata, petani di mata masyarakat seperti tidak punya masa depan dan sosok miskin. Akan tetapi, penulis memaparkan daya tarik profesi petani pada buku ini. Bahwa, petani itu bermakna luas. Bukan hanya menggarap lahan persawahan saja, melainkan bisa sukses sebagaimana mimpinya. Seperti sosok Tama. Ia menjadi seorang petani hingga membawa dirinya ke Jepang. Sebagai dosen tamu di salah satu universitas ternama di sana, ia memaparkan temuannya dalam dunia pertanian.

Penulis juga membuat rasa penasaran terhadap kelanjutan kisahnya. Apalagi dengan bumbu kisah percintaan segi tiga antara Randi, Tama, dan Menik. Layak ditunggu pada seri novel Kanti W. Janis berikutnya. Sangat inspiratif!***

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *