Gema Mitra – Kota Tasikmalaya
Tubuhnya masih nampak ringkih ketika namanya dipanggil untuk tampil ke atas panggung sebagai finalis dengan nomor undian 05 pada Lomba Baca Puisi tingkat Sekolah Dasar Se-Priangan Timur. Ini merupakan rangkaian pagelaran Festival Sastra Aksara ke-VI di kampus Universitas Pendidikan Indonesia Tasikmalaya, Sabtu, 5 Oktober 2019.
Ya, wajahnya nampak kurang ‘bèrag’. Maklum, tiga hari sebelumnya sampai saat perlombaan itu dihelat, tubuhnya masih dalam kondisi sakit. Belum sehat sepenuhnya. Demam tinggi membuatnya kehilangan selera makan.
Suasana jadi hening, saat kepala mikrofon diketuk-ketuk, memastikan itu bersuara dengan semestinya. Semua mata kian tertuju padanya. Imam nampak tenang sekali berdiri, perlahan membuka naskah puisi. Dia terlihat lebih dewasa dari usianya yang baru akan menginjak 12 tahun dengan balutan baju batik pesanan dari neneknya.
Komat-kamit berdoa sebelum akhirnya puisi yang berjudul “Bulan Hanyut di Cikapundung” karya Idham Hamdani itu meluncur dengan lancar dari mulutnya. Intonasinya jelas dan penuh tekanan. Gerakannya berat dan bertenaga. Mungkin hal inilah yang membawa keputusan dewan juri untuk menganugerahinya sebagai juara pertama. Juara bertahan dua tahun berturut-turut pada ajang lomba yang sama.
Pengalaman turut menentukan. Seperti itulah penampilan Imam Ryqza Buana saat membacakan puisi. Konsentrasi penuh. Padahal, proses latihannya sangat singkat. Hanya beberapa jam sebelum ia tampil. Tapi tak perlu heran. Imam memang sudah mulai terbiasa di atas panggung, menghadapi khalayak banyak. Apalagi di dalam hal pembacaan puisi.
Pada tahun 2018, ada empat kejuaraan lomba baca puisi yang dimenangi oleh siswa SD Linggajaya 1 Tasikmalaya ini. Tak tanggung-tanggung, pada semua event mendapatkan gelar juara pertama. Mulai dari Lomba Baca Puisi Islami Se-Kelurahan Linggajaya, Lomba Baca Puisi Sunda Se-Tatar Sunda yang diadakan oleh Teater Kappas SMA Pasundan, Lomba Baca Puisi Festival Sastra Aksara ke-V di kampus Universitas Pendidikan Indonesia Tasikmalaya, dan Lomba Baca Puisi Tingkat SD/MI Se-Jawa Barat yang diadakan oleh Pondok Pesantren Ibadur Rohman. Dan pada tahun yang sama, Imam pun mendapatkan kehormatan membacakan puisinya di panggung utama Tasik Oktober Festival (TOF) 2018.
Faktor Genetis Imam Ryqza Buana lahir di Tasikmalaya pada 17 Oktober 2007. Tanggal yang sangat istimewa, mengingat Kota Tasikmalaya sendiri memperingati hari jadinya setiap tahun tepat pada tanggal 17 Oktober juga. Imam tumbuh besar di lingkungan keluarga pecinta seni budaya. Ayahnya adalah Irvan Mulyadie, S.IP, M.IP, seorang seniman multi talenta (sastrawan, perupa, dramawan, pembuat film independent) dan pengamat sosial, politik dan kebudayaan kenamaan di Tasikmalaya. Dan sudah meraih banyak prestasi baik dalam skala nasional maupun internasional. Ibunya Ela Dahlia, S.Pd. Tokoh Pendidikan anak usia dini di Kota Tasikmalaya yang juga sarat dengan prestasi.
Selain pernah menjuarai berbagai lomba kesenian antar guru baik di tingkat lokal maupun regional, Ela pun sering aktif di berbagai organisasi kesenian seperti di Teater Ambang Wuruk, Oi Bunda, Barak Seni Tasik dan Produser Forum diskusi Kreatif Film Tasik (Fordiskrift). Salah satu prestasinya yaitu Juara 1 Lomba Dongeng Se-Kabupaten Tasikmalaya dan Juara Lomba Finger Painting Se-Kota Tasikmalaya 2018.
Ibunya pun menulis puisi yang dimuat di beberapa harian, penulis buku cerita anak dan sering tampil di panggung-panggung kesenian. Meskipun memiliki latar belakang kesenian, namun Imam diberikan kebebasan untuk memilih sendiri apa yang terbaik baginya. Termasuk ketika memutuskan untuk bergabung dengan klub sepak bola. Atau ketika hobinya tiba-tiba berubah haluan menjadi sangat suka dengan e-sport atau game online yang saat ini sedang trendi.
“Tidak ada yang salah dengan game online, hanya saja orang tua harus menerapkan batasan-batasan tertentu. Dan tetap mengawasi sehingga tidak menjadi aktivitas negatif. Bahkan ada penelitian yang menyebutkan, game online yang mengedepankan strategi dalam permainannya itu sangat baik bagi kreativitas anak dan perkembangan otaknya” Kata Irvan.
Redaksi***