Jakarta – GM | Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day, sebuah momentum solidaritas global bagi para pekerja. Akar sejarahnya bermula pada tahun 1889 ketika federasi internasional yang terdiri dari kelompok sosialis dan serikat buruh sepakat menetapkan tanggal tersebut sebagai hari perjuangan kaum buruh.
Pemilihan tanggal 1 Mei sendiri tak lepas dari tragedi Haymarket Riot yang terjadi di Chicago, Amerika Serikat. Pada 4 Mei 1886, unjuk rasa buruh yang menuntut jam kerja delapan jam berujung pada bentrokan berdarah dengan polisi. Kerusuhan ini merupakan lanjutan dari aksi mogok kerja sehari sebelumnya di pabrik McCormick Harvesting Machine Company.
Di Indonesia, Hari Buruh sempat mendapat tempat khusus di era Presiden Soekarno. Namun, situasinya berubah drastis di masa Orde Baru. Pemerintah Soeharto menstigmatisasi peringatan May Day sebagai bagian dari gerakan komunisme yang kala itu dilarang keras. Baru pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 1 Mei diakui kembali sebagai hari libur nasional, dimulai sejak 2013.
May Day kerap diwarnai aksi demonstrasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Aksi-aksi ini menjadi sarana bagi buruh untuk menyuarakan tuntutan atas hak-hak mereka. Dalam sejarah pergerakan buruh di tanah air, beberapa nama tokoh muncul sebagai simbol perjuangan.
Marsinah, misalnya, dikenal sebagai martir perlawanan terhadap ketidakadilan buruh. Aktivis yang bekerja di PT Catur Putra Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo ini menjadi korban penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan pada 1993 setelah menyuarakan protes terhadap kebijakan perusahaan. Ia ditemukan tewas di sebuah gubuk di Nganjuk. Kasus tragis ini menjadi simbol pelanggaran HAM berat di masa Orde Baru.
Sosok lain adalah Wiji Thukul, penyair sekaligus aktivis yang vokal terhadap isu buruh. Meskipun bukan buruh secara langsung, puisinya menjadi bahan bakar perlawanan kaum pekerja. Ia diduga menjadi korban penghilangan paksa sejak Juli 1998 dan hingga kini belum ditemukan.
Tokoh lainnya, Muchtar Pakpahan, adalah pendiri Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI)—serikat buruh independen pertama di Indonesia. Ia memperjuangkan hak buruh hingga tingkat internasional dan menerima penghargaan atas dedikasinya terhadap HAM. Ia wafat pada 2021 akibat penyakit kanker.
Nama Agus Sudono juga patut dikenang. Mantan Ketua Umum Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) ini dikenal luas dalam lintasan sejarah buruh dari masa Orde Lama hingga Orde Baru. Ia sempat mewakili Indonesia di badan eksekutif Organisasi Buruh Internasional (ILO) sebelum meninggal pada 2012.
Pemerintah Indonesia secara resmi memberikan gelar Pahlawan Buruh Nasional kepada beberapa tokoh, seperti Marsinah, Muchtar Pakpahan, Jacob Nuwa Wea, dan Thamrin Mosi, dalam peringatan Hari Buruh 1 Mei 2022 di Jakarta.
May Day bukan sekadar perayaan atau hari libur, melainkan peringatan akan perjalanan panjang perjuangan kaum buruh demi hak, keadilan, dan penghidupan yang layak.***
Sumber: CNBC Indonesia