Didasari dari sebuah workshop IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) yang dituturkan oleh seorang narasumber dari salah satu dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yakni Dr. Sandi Budi Iriawan, M.Pd., mengungkapkan bahwa ide kurikulum merdeka merupakan konsep penyempurnaan dan penyederhanaan dari kurikulum sebelumnya, termasuk hal-hal yang bersifat administratif yang dianggap membebani guru.
Pihaknya menjabarkan dengan lugas mengupas tuntas tentang kurikulum merdeka, merupakan sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada kebebasan belajar dan mengupayakan kesetaraan untuk semua siswa, hal ini juga dapat kita pahami sebagai pembelajaran diferensiasi. Kurikulum merdeka memungkinkan peserta didik untuk memilih sendiri apa yang ingin mereka pelajari, dengan mengambil pendekatan ataupun metode-metode pembelajaran yang lebih fleksibel, tidak terikat pada buku teks atau kurikulum yang kaku. Secara praktiknya dapat dikolaborasikan dengan berbagai macam cara untuk membangun efektivitas penguatan profil pelajar Pancasila. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memilih aktivitas yang mereka sukai, menentukan cara belajar yang paling efektif baginya, mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, serta mempersiapkan diri untuk masa depannya. Kurikulum merdeka berupaya untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan, kreatif, dan inovatif bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Begitupun dengan kegiatan ekstrakurikuler, ekstrakurikuler merupakan bagian dari praktik pembelajaran yang wajib adanya di setiap sekolah. Selain wadah untuk pengembangan minat, bakat dan potensi, ekstrakurikuler juga memiliki fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat membantu meningkatkan interaksi sosial antara peserta didik dengan temannya maupun dengan masyarakat di luar sekolah. Pengembangan bakat dan potensi ekstrakurikuler memberikan dampak positif dalam penguatan pendidikan karakter dan diharapkan dapat mengembangkan karakter profil Pelajar Pancasila, yakni : (1) Berkebinekaan global, (2) Bergotong royong, (3) Kreatif, (4) Bernalar kritis, (5) Mandiri, dan (6) Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa olahraga, seni, musik, teater, bahasa asing, penelitian, dan berbagai kegiatan lainnya. Berdasarkan penguatan karakter dan profil pelajar Pancasila maka dibentuklah sebuah ekstrakurikuler yang diberi nama ekstrakurikuler life skill.
Ekstrakurikuler life skill adalah ekstrakurikuler kecakapan hidup, bagaimana peserta didik mempelajari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan dan kebutuhan masing-masing. Ekstrakurikuler life skill melaksanakan berbagai kegiatan yang dilakukan seperti menggambar, melukis, menulis kaligrafi, menganyam, membatik, bermain peran (teater), tata boga, bercocok tanam/budidaya, serta camping ceria dan lain sebagainya. Pola pembinaan yang dilakukan yakni dengan pendekatan kontekstual merupakan metode dasar untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter peserta didik. Upaya tersebut juga diharapkan peserta didik paham, lebih aktif dan kreatif dalam kecakapan hidupnya.
Dalam praktiknya, diharapkan peserta didik dapat bergembira, karena peserta didik dibebaskan untuk berekspresi sesuka hatinya sendiri. Bagus atau tidak bagusnya hasil karya mereka bukan menjadi persoalan atau tolak ukur penilaian, karena hal yang bersifat ekspresif tidak dilihat dari bagus atau tidaknya melainkan kreativitas yang dipandang bernilai serta berharga dalam mencipta suatu project/karya itu sendiri.
Menumbuhkan minat, bakat dan potensi bagi pengajar maupun peserta didik memang tidaklah mudah, setidaknya kegiatan-kegiatan di ekstrakurikuler life skill dirancang sebagai kontrol emosi dan ruang terapi bagi peserta didik supaya tidak merasa jengah dari efek pembelajaran intrakurikuler. Life skill dibangun atas dasar kepedulian serta tidak menekankan kepada sikap kompetitif terhadap peserta didik, khusus untuk pengembangan kualitas pribadinya serta memenuhi kecakapan hidupnya. Karena pembinaan ekstrakurikuler life skill telah berkomitmen untuk tidak menciptakan robot-robot yang diikutsertakan dalam mengikuti kompetisi. Hal ini dikarenakan masa kanak-kanak adalah masa yang seharusnya menyenangkan bukan menjengahkan serta tidak untuk dibebani dengan hal yang bersifat kompetitif.
Ekstrakurikuler life skill mengacu pada pembelajaran diferensiasi, bahwa pendekatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang berbeda-beda pada setiap peserta didik agar mereka dapat mencapai potensi maksimal mereka dalam pembelajaran. Dalam diferensiasi, guru memperhatikan perbedaan peserta didik dalam gaya belajar, minat, dan kebutuhannya masing-masing. Dengan demikian, diferensiasi lebih bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan belajar dan memperkuat pemahaman dan keterampilan peserta didik daripada membandingkan dan mengadu prestasi antar peserta didik lainnya. ***