Kota Tasikmalaya – GM | Universitas BTH (Bakti Tunas Husada) Tasikmalaya menggelar Kopi Darat (Kopdar) bersama tiga narasumber Guru Besar dari Universitas Negeri ternama di Indonesia, bertempat di BTH Resto, Sabtu 4/6/2022.
Acara ini dilaksanakan secara hybrid dimana undangan terbatas hanya 20-30 orang untuk kalangan internal dan beberapa undangan eksternal, namun acara ini juga dilaksanakan secara “daring” sehingga bisa diikuti oleh seluruh sivitas akademika Universitas BTH, seluruh pegawai Yayasan BTH serta oleh berbagai lapisan masyarakat dengan kapasitas maksimal 300 orang. Selain itu, acara juga disiarkan secara langsung (live streaming) dalam youtube “BTH TV Channel”.
Dihadapan tamu undangan yang terdiri dari para Doktor, Rektor, Tokoh Masyarakat, pensiunan guru, para akademisi dan tamu undangan lainnya, ketiga guru besar yang menjadi narasumber yakni Prof. Yusep Muslih Purwana, S.T., M.T., Ph.D (Guru Besar Universitas Sebelas Maret), Prof. Atip Latipulhayat, SH., LL.M., Ph.D (Guru Besar Universitas Padjadjaran), Prof. Dr. Agus Setiabudi., M.Si (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia), mengemukakan pandangannya mengenai Masa Depan SDM Tasikmalaya dengan Kehadiran Universitas BTH.
Diskusi ini pun dipandu langsung oleh moderator Yoris Rusamsi Ruswadi, S.H., M.H. yang juga sekaligus sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan BTH.
Prof. Yusep Muslih Purwana, S.T., M.T., Ph.D yang menjadi narasumber pertama mengatakan, bahwa Tasikmalaya mempunyai potensi yang tidak dimiliki oleh tempat lain. Banyak sekali pesantren, para ustaz, kiai banyak orang-orang ahli dalam bidang keagamaan di Tasikmalaya.
Menurutnya, kalau dikelola dengan bagus ambil saja orang-orang pesantren untuk mengabdi di Kampus, mengelola bidang akhlaknya, sehingga orang tua yang menyekolahkan anaknya di Tasikmalaya tidak merasa khawatir.
“Kalau itu dikelola oleh pemerintah dengan baik, maka akan menjadi daya jual sehingga melahirkan lulusan yang berakhlakul karimah. Sarjana yang baik akhlaknya, sarjana yang santun juga pandai membaca Al-Qur’an,” ujarnya.
Narasumber kedua Prof. Dr. Agus Setiabudi., M.Si, mengemukakan bahwa perlunya lembaga pendidikan di Tasikmalaya untuk terus meningkatkan standar mutu agar bisa bersaing dengan perguruan tinggi di kota besar, sehingga warga Tasik tak perlu lagi mengakses pendidikan di luar Tasik karena di Tasik sendiri memang ada perguruan tinggi yang berkualitas.
Selain itu, penting sekali perguruan tinggi secara periodik melakukan peninjauan kurikulum yang disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan masa depan.
“Tujuannya agar perguruan tinggi mampu membekalkan keterampilan keterampilan baru seperti computational skill, virtual collaboration skill dll yang memang sangat dibutuhkan oleh pasar masa depan,” paparnya.
Kemudian Prof. Atip Latipulhayat, SH., LL.M., Ph.D, mengatakan dengan hadirnya Universitas BTH yang memiliki oriantasi Universitas berbasis digital, tentunya harus memiliki SDM yang mampu menghasilkan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan kualitas manusia bukan sebaliknya teknologi yang mengurangi nilai-nilai kemanusiaan. Karena yang menciptakan teknologi itu sendiri adalah manusia. Jadi harus lahir teknologi-teknologi yang memanusiakan manusia.
“Inovasi adalah jantung dari sebuah lembaga pendidikan, karena inovasi intinya memberikan jalan keluar dari persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia. Maka inovasi adalah kata kunci yang harus dihasilkan oleh lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan tinggi seperti Universitas BTH,” paparnya.
Sementara Yoris Rusamsi Ruswadi, S.H., M.H. Ketua Dewan Pembina Yayasan BTH mengaku bangga dan bersyukur dengan terlaksananya diskusi yang menghadirkan para Profesor dari UNS, UPI dan UNPAD yang kebetulan pituin asal Tasik. Hal itu menunjukan bahwa Tasikmalaya itu luar biasa, banyak tokoh yang sukses di tingkat Nasional maupun Internasional.
“Kami dari Universitas BTH dan Yayasan BTH sebagai penyelenggara, tentu banyak mendapatkan manfaatnya dari diskusi ini. Manfaat ilmu juga inspirasi, karena banyak juga para dosen yang hadir dan membutuhkan spirit bagaimana memajukan Universitas BTH dan Perguruan Tinggi di Tasik,” ungkapnya.
Lebih jauh dikatakan, kalau kita niatkan untuk ibadah, peningkatan kualitas pendidikan di Tasikmalaya tentu akan berdampak pada kemajuan masyarakat Tasikmalaya. Karena pendidikan adalah salah satu cara untuk merubah kehidupan masyarakat.
“Jadi oleh karena itu, saya bersyukur kepada Allah swt bahwa kegiatan ini akan memberikan dampak kepada Universitas BTH, terutama dalam sisi perencanaan bagaimana menyusun rencana ke depan untuk membangun universitas yang berkualitas yang mampu memenuhi kebutuhan perkembangan masyarakat dan perkembangan pembangunan kota Tasikmalaya,” ungkap Yoris. (Pakesit)***