Oleh: Arif Fathurachman, S.Pd
Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, adalah kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh dalam era yang dipenuhi dengan perubahan dan tantangan yang signifikan, baik dari segi teknologi, sosial, politik, maupun ekonomi.
Meskipun generasi ini dikenal sebagai generasi yang cerdas secara digital dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, mereka juga rentan terhadap stres yang berkepanjangan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Gen Z cenderung mudah mengalami stres.
1. Ketidakpastian Politik dan Ekonomi
Gen Z tumbuh di tengah gejolak politik dan ketidakpastian ekonomi global. Banyak dari mereka mengalami resesi ekonomi atau bahkan pandemi COVID-19 selama masa formatif mereka, yang menyebabkan ketidakstabilan di berbagai sektor. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan, termasuk dalam hal pekerjaan, kesempatan pendidikan, serta kestabilan sosial dan politik. Masa depan yang terlihat tidak pasti membuat mereka merasakan kecemasan yang terus menerus.
Ketidakstabilan ekonomi juga menambah beban mental. Dengan tingginya biaya pendidikan, sulitnya mencari pekerjaan yang layak, serta meningkatnya biaya hidup, Gen Z merasa terjebak dalam situasi di mana prospek masa depan mereka tidak secerah yang diharapkan. Beban ini memicu rasa khawatir tentang keberhasilan dalam karier dan pencapaian finansial, yang sering kali menjadi sumber stres.
2. Tekanan Sosial dan Media Sosial
Gen Z adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh di era media sosial. Media sosial, meskipun memiliki banyak manfaat, juga menjadi sumber utama tekanan bagi generasi ini. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter sering kali mendorong standar hidup yang ideal, menciptakan tekanan untuk mencapai kesempurnaan, baik dari segi penampilan fisik, gaya hidup, maupun pencapaian.
FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan akan ketinggalan tren juga sering dialami oleh Gen Z. Dengan begitu banyak informasi yang beredar di media sosial, mereka merasa perlu untuk selalu up-to-date dan membandingkan hidup mereka dengan orang lain, yang dapat memicu perasaan tidak cukup baik atau kurang berhasil. Perasaan ini dapat berujung pada kecemasan, stres, dan bahkan depresi.
3. Tuntutan Akademis dan Profesional
Generasi Z juga menghadapi tekanan akademis yang besar. Banyak dari mereka merasa bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan, namun beban belajar yang berat, ditambah dengan kompetisi yang ketat di dunia akademis dan profesional, membuat mereka merasa tertekan. Selain itu, ekspektasi untuk segera sukses di dunia kerja setelah lulus juga menambah beban mental.
Di dunia kerja, Gen Z juga menghadapi tantangan baru seperti otomatisasi dan perubahan dalam industri. Tuntutan untuk terus berkembang, belajar keterampilan baru, dan beradaptasi dengan cepat dengan teknologi baru menambah tekanan di tengah ketidakpastian karier.
4. Krisis Identitas dan Kesehatan Mental
Di usia muda, Gen Z tengah dalam proses membentuk identitas diri. Namun, dalam era informasi yang cepat dan serba online, mereka sering kali menghadapi krisis identitas yang rumit. Mereka dihadapkan pada berbagai opini, nilai, dan tren yang terus berubah, yang sering kali membuat mereka merasa bingung tentang siapa mereka sebenarnya dan apa yang mereka inginkan dalam hidup.
Hal ini diperburuk dengan stigma yang masih ada terkait kesehatan mental. Meskipun Gen Z lebih terbuka dalam membicarakan kesehatan mental dibandingkan generasi sebelumnya, stigma di masyarakat terkadang membuat mereka sulit untuk mencari bantuan yang dibutuhkan. Rasa malu atau takut dihakimi sering kali membuat mereka menahan diri untuk tidak berbicara tentang masalah emosional dan psikologis yang mereka alami.
5. Perubahan Iklim dan Tantangan Global
Perubahan iklim adalah masalah global yang menjadi perhatian utama Gen Z. Mereka melihat masa depan planet ini terancam oleh pemanasan global, polusi, dan bencana lingkungan. Kekhawatiran tentang kelangsungan hidup bumi dan dampaknya terhadap generasi mendatang sering kali menambah beban mental mereka. Mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut berperan dalam menyelesaikan masalah ini, namun sering kali merasa frustrasi karena lambatnya perubahan kebijakan lingkungan.
Kesimpulan
Stres yang dialami oleh Generasi Z bukanlah masalah yang dapat diabaikan. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh tantangan, mulai dari ketidakpastian politik dan ekonomi, tekanan dari media sosial, tuntutan akademis dan profesional, hingga kekhawatiran akan masa depan planet ini. Semua faktor ini berkontribusi pada meningkatnya tingkat stres di kalangan generasi ini.
Penting bagi kita untuk memberikan dukungan kepada mereka, baik melalui akses terhadap layanan kesehatan mental, pendidikan yang lebih baik, maupun menciptakan lingkungan yang lebih stabil dan aman. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab stres pada Gen Z, kita dapat membantu mereka menghadapi tantangan masa depan dengan lebih percaya diri dan sehat secara mental.***