Bangkok, Thailand — Gemamitra.com | Sebuah pendekatan baru dalam pendidikan seni dan pelestarian budaya tengah diuji coba di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) melalui program bertajuk “Eco-Batik: Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan Melalui Seni Berkelanjutan.”
Program pengabdian kepada masyarakat ini dipimpin oleh Dr. Gilar Gandana, M.Pd., Kaprodi PGPAUD Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tasikmalaya, yang menginisiasi kolaborasi internasional bersama Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia dan SIB, Selasa (20/5/2025).
Dalam wawancara, Dr. Gilar menjelaskan bahwa Eco-Batik lahir dari keresahan atas jauhnya generasi muda dari nilai-nilai budaya lokal.
“Kami ingin memperkenalkan batik sebagai warisan budaya Indonesia dengan cara yang menyenangkan, kontekstual, dan ramah anak. Dengan pendekatan ini, anak-anak tidak hanya belajar teknik seni, tetapi juga nilai-nilai kultural dan kesadaran lingkungan,” ungkapnya.
Kegiatan yang berlangsung di SIB ini menyasar anak-anak TK dan kelas 1 SD. Mereka diajak menciptakan karya batik menggunakan media sederhana dan aman seperti kertas, lilin ulang tahun, dan pewarna makanan.
“Bukan hanya soal hasil, tapi prosesnya yang penting. Anak-anak belajar sambil bermain, sambil mengenal identitas budayanya sendiri,” lanjut Dr. Gilar.
Program ini mendapat dukungan penuh dari Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand, Bapak Rachmat Budiman, yang turut hadir dan memberikan apresiasi terhadap sinergi antar-lembaga ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini memperkuat diplomasi budaya sejak usia dini.
Tim pelaksana terdiri dari para dosen multidisipliner UPI yang membawa keahlian di bidang kurikulum, seni rupa, psikologi anak, hingga media pembelajaran. Nama-nama seperti Dr. Dadan Nugraha, Aini Loita, Anggi Maulana Rizqi, Fauziah Syarifatul Huriyah, dan Budi Iskandar ikut memperkaya pengalaman anak-anak dalam kegiatan ini.
Program ini didukung oleh Kepala Sekolah SIB, Maria Victoria, M.Pd., beserta tim guru, Sri Ernawati dan Agustina Rahwawati, yang berperan penting dalam integrasi kegiatan ini ke dalam pembelajaran harian.
Salah satu sesi yang paling diapresiasi adalah pelatihan guru yang diberikan oleh Aini Loita, M.Pd., yang membagikan strategi menyusun dan menerapkan pembelajaran seni berbasis budaya yang menyatu dengan kurikulum.
Dr. Gilar menambahkan bahwa program ini bukan kegiatan sesaat, melainkan bagian dari langkah panjang menuju kemitraan berkelanjutan. “Kami berencana mengembangkan modul pembelajaran seni berbasis budaya dan pelatihan guru secara berkelanjutan. Ini investasi jangka panjang dalam pendidikan karakter dan pelestarian budaya,” tegasnya.
Dengan semangat kolaborasi lintas negara dan disiplin, Eco-Batik menjadi model pembelajaran seni yang tidak hanya kreatif dan menyenangkan, tetapi juga sarat makna menyatukan seni, budaya, dan kesadaran lingkungan dalam satu kegiatan pendidikan.***