Oleh: Asep Deden Muhtarul Alimin
(Sekretaris PGRI Ranting Setiawargi Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya)
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah organisasi profesi yang seharusnya memiliki peran penting dalam memperjuangkan hak-hak guru dan memajukan dunia pendidikan. Ia tidak boleh sekadar menjadi wadah untuk berkumpul dan bersenda gurau para guru, melainkan harus menjadi ruang kajian kebijakan, penampung aspirasi, tempat curhat, pendorong profesionalisme, serta pemberi ketenangan dan perlindungan hukum bagi para guru dalam menjalankan tugas mulianya. Kehadirannya harus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para guru, bukan sekadar kewajiban iuran bulanan.
Beberapa waktu terakhir, PGRI ramai diperbincangkan di kalangan insan pendidikan Kota Tasikmalaya. Bukan karena dualisme kepemimpinan di tingkat pusat, tetapi karena mulai menghangatnya proses suksesi kepemimpinan di tingkat kota. Isu ini ramai diperbincangkan di ruang guru, di selasar sekolah, dan dalam obrolan santai para pendidik. Bahkan, salah satu media pendidikan sempat menggelar survei mengenai siapa calon ketua PGRI pilihan para guru.
Pemilihan Ketua PGRI menjadi momen penting untuk menentukan sosok yang mampu membawa perubahan positif bagi guru dan dunia pendidikan, khususnya di Kota Tasikmalaya. Sebab, arah gerak sebuah organisasi sangat ditentukan oleh siapa yang memegang kemudi.
Sebagai organisasi besar dengan jumlah anggota yang melimpah, PGRI memegang peran strategis dalam menentukan arah pendidikan ke depan. Maka, dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengayomi seluruh anggota.
Berikut beberapa kriteria pemimpin PGRI Kota Tasikmalaya yang saya harapkan, sebagai anggota yang tiap bulan rutin membayar iuran:
1. Memiliki Komitmen untuk Memajukan Organisasi
Seorang Ketua PGRI harus memiliki komitmen kuat untuk memajukan organisasi. Menjadi pemimpin bukan berarti mencari keuntungan pribadi, tetapi mengabdi sepenuhnya untuk kepentingan organisasi dan anggotanya. Segala kebijakan yang diambil harus berorientasi pada kemaslahatan para guru.
Saya percaya, semua calon ketua saat ini memiliki niat baik. Tidak ada yang sekadar mencari jabatan atau menuruti syahwat kekuasaan. Kalaupun ada, semoga tidak mendapat amanah.
2. Masih Aktif Mengajar Hingga Akhir Masa Jabatan
Ketua PGRI idealnya adalah sosok yang masih aktif mengajar dan belum memasuki masa pensiun, setidaknya hingga akhir masa jabatannya. Hal ini penting agar ia tetap terhubung dengan realitas lapangan: perubahan kebijakan, kebutuhan siswa, serta tantangan yang dihadapi guru.
Ketua yang telah pensiun berisiko kehilangan konteks aktual persoalan pendidikan. Betul, mereka yang tidak lagi terikat absen harian memiliki banyak waktu untuk mengurus organisasi. Tapi ada risiko munculnya jarak emosional dan pengalaman antara dirinya dengan guru aktif. Jika ia tak lagi merasakan langsung apa yang dirasakan anggota, maka kepeduliannya pun bisa menurun.
3. Memahami Persoalan Mendasar Guru dan Pendidikan
Ketua PGRI harus peka terhadap persoalan yang dihadapi para guru: mulai dari kesejahteraan, beban administratif, pengembangan kompetensi, hingga regulasi yang rumit. Banyak persoalan keguruan yang tampak normal dari luar, tetapi dirasakan pahit oleh para guru.
Isu-isu seperti pengangkatan honorer menjadi PPPK mungkin sudah banyak diperjuangkan. Namun, ada persoalan-persoalan yang sering luput: sulitnya proses PPG bagi Guru PAI, tunjangan yang tidak merata, insentif yang tidak merepresentasikan kinerja guru, hingga regulasi jabatan fungsional yang simpang siur dan menyulitkan. Persoalan-persoalan ini semestinya menjadi perhatian serius PGRI.
Sebagai Guru PAI, saya merasakan sendiri getirnya berjuang untuk mendapatkan bantuan biaya PPG dari pemerintah daerah. Meski Dirjen Pendis Kemenag telah bersurat, kami tetap tidak mendapat bantuan. Saya juga mengalami langsung bagaimana rumitnya mengurus SK jabatan fungsional, hingga harus berjuang sendiri untuk mendapatkan tunjangan atau naik pangkat. Semua ini terjadi tanpa kehadiran dan dukungan dari organisasi profesi guru terbesar.
Saya tidak butuh ketua yang sekadar keren secara tampilan, mentereng gelarnya, luas jaringannya, atau banyak uangnya. Saya butuh pemimpin yang mau datang ke ranting-ranting, mendengar keluh kesah guru, dan memahami betul persoalan mendasar di dunia pendidikan.
Harapan untuk PGRI Kota Tasikmalaya ke Depan
Dengan memilih ketua yang memenuhi kriteria di atas, PGRI Kota Tasikmalaya diharapkan mampu lebih vokal memperjuangkan nasib guru, menjadi mitra konstruktif bagi pemerintah daerah, dan mendorong lahirnya inovasi pendidikan. Ketua yang memahami akar persoalan dan memiliki komitmen kuat terhadap profesi guru akan membawa organisasi ini pada arah yang lebih baik dan bermakna.
Semoga proses pemilihan ketua PGRI Kota Tasikmalaya ke depan melahirkan pemimpin yang tidak hanya memenuhi syarat administratif, tetapi juga benar-benar mampu menjadi representasi suara guru dan agen perubahan untuk masa depan pendidikan yang lebih baik demi menyongsong Indonesia Emas.