Oleh: Budiman
“Semua pekerjaan pada intinya bertujuan untuk melayani kebutuhan orang lain”. Menurut KBBI kata “melayani” berarti (1) membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yg diperlukan seseorang; meladeni; (2) menerima (menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dan sebagainya); (3) mengendalikan; melaksanakan penggunaannya (senjata, mesin, dan sebagainya).
Jika ada pertanyaan lebih penting melayani atau dilayani? Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua hal ini. Layaknya hukum tabur-tuai, siapa yang menabur pasti akan menuai kelak. Seperti seseorang yang memberi kepada orang lain, kelak iapun akan menerimanya dengan caranya Tuhan yang indah pada waktunya. Sebab ketahuilah baha memberi lebih baik daripada menerima. Analoginya, melayani lebih baik daripada dilayani. Sebab memberi pelayanan adalah sebuah tanda bahwa kita hidup berkecukupan.
Pemikiran ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. Tidak ada dari kita yang mampu hidup seorang diri tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Toh, kalau kitapun memiliki uang bukan uang itu yang melayani kebutuhan kita melainkan orang yang menerimanyalah yang akan memenuhi keperluan kita. Demikian juga saat anda memiliki kepintaran, harta, jabatan ataupun pengaruh yang lainnya itu tidak akan pernah mampu memenuhi kebutuhan anda melainkan mereka yang disekitarmu dan yang bekerja sama denganmu yang akan melakukannya.
Ini perlu penulis sampaikan, karena jika hal ini dikaitkan dengan pelaksanaan Program Pesantren Ramadan, Selain dua sosok tokoh yang selalu memberikan contoh nyata melalui perbuatannya sempat kami ulas sebelumnya, kami pun memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada sosok yang selalu mengayomi dan melayani kami demi kelancaran terselengaranya program Pesantren Ramadan.
Ya, beliau adalah Bapak Sonny Wardani yang selalu hadir dan mendampingi kami selaku panitia diberbagai acara yang sudah disiapkan dalam program Pesantren Ramadan, baik itu mempersiapkan sarana dan prasarana, ngasuh/kuliah subuh, pesantren kilat, bazar makanan, santunan dan peduli anak yatim piatu, mabit dan lain sebagainya.
Penulis serta panitia pelaksana melihat dan merasakan betul bahwa dedikasikanlah itu seolah-olah hanya untuk yang maha pemberi yaitu Allah SWT dan bukan untuk manusia. Pancaran keikhlasan, penuh cinta kasih, kesabaran dan rendah hati, kerja keras, kedewasaan, waktu yang diabdikan serta ketekunan dalam melayani dan mengayomi kami semua sangatlah luar biasa.
Penulis secara pribadi dan atas nama panitia sangat berterima kasih kepada Bapak Sonny Wardani yang sudah bersedia melayani serta berperan serta demi terselengaranya program Pesantren Ramadan ini, in sya Allah dan pasti adanya bahwa Allah yang maha pengasih dan penyayang akan membalasnya sampai tak-terduga yang indah pada waktunya. Amin allahumma amin.
Mari kita semua belajar dari Bapak Sonny ini bahwa melayani adalah syarat hidup bersosial, membuat orang lain nyaman dengan potensi yang kita miliki dan hidup untuk melayani kepentingan orang lain adalah pekerjaan mulia. Marilah kita menjadi bapak Sonny – bapak Sonny selanjutnya yang suka melayani dengan cara kita masing-masing, sebab dengan demikian kita menyatakan kasih sayang kepada sesama.
Semoga***