Oleh: Siti Khoerunisa (Kepala SDN 2 Sukamenak Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya)
Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains merupakan pengetahuan manusia tentang gejala-gelala alam dan kendala yang diperoleh dengan cara antara lain observasi eksperimen atau penelitian atau uji coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan manusia.Pengamtan manusia dapat berupa fakta -fakta ,aturan -aturan ,hukum-hukum ,prinsip-prinsip ,teori teori dan lain sebagainya. (Samatoa, 2006). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis ,seharusnya IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuanyang berupa fakta fakta konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan hasil suatu dalam proses penemuan.Pendidikan IPA di Sekolah Dasar sangat diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri kita sendidri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pemeberian pengalaman langsung pada siswa,sehingga membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang yang lebih luas dan mendalam,karena kalau secara konvensional hanya dengan metode ceramah saja maka sulit anak untuk berkembang apalagi mendapat kan hasil belajar yang baik dan meningkat sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan Piaget yang mengatakan bahwa : Pengalaman langsung yang memegang peranan penting yang mendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Hal ini sejalan dengan Piaget yang mengatakan bahwa Pengalaman langsung yang memegang peranan penting yang mendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan sejak lahir sampai anak berumur duabelas tahun. Efesiensi pengalaman langsung tergantung pada konsisten antara hubungan metode dan objek tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skema) yang terjadi prasaranya yakni perkembangan kognitf yang bersifat hierarkis dan integratif.
Ruang lingkup pembelajaran IPA di SD pada Kurikulum 2013 disesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa dan peningkatan terhadap hasil belajar yang mengacu kepada aspek spiritual,sikap( tingkah laku) ,pengetahuan dan keterampilan. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPA di Tingkat SD berdasarkan keputusan dari Mendikbud (2014: 232) adalah sebagai berikut: Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA SD mencakup tubuh dan panca indra, tumbuhan dan hewan, sifat dan wujud benda-benda sekitar, alam semesta dan kenampakannya, bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan, daur hidup makhluk hidup, perkembangbiakan tanaman, wujud benda, gaya dan gerak, kemudian bentuk dan sumber energi.
Model Pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)
Pembelajaran abad ke-21 adalah sebuah jawaban untuk permasalahan yang timbul di bidang pendidikan di tengah derasnya serbuan informasi dan kemajuan teknologi. Pembelajaran abad ke-21 adalah pembelajaran yang dirancang untuk generasi abad ke-21 agar mampu mengikuti arus perkembangan zaman, yang berfokus pada student center dengan tujuan untuk memberikan peserta didik keterampilan berpikir diantara lain: berpikir kritis, memecahkan masalah sehari-hari metakognisi, berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan kreatif, informasi. Tantangan bagi seorang pendidik khususnya bagi seorang guru adalah menyediakan sebuah sistem pembelajaran yang menghasilkan lulusan yang mampu mengintegrasikan antara pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi warga masyarakat dan warga dunia yang adaptif dan kompetitif. pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Untuk meningkatnya hasil belajar siswa di SD maka diterapkan model pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Istilah STEM sudah ada sejak tahun 1990-an di Amerika Serikat yang menggunakan istilah SMET (Sciene, Mathematics, Engineering, Technology) oleh kantor NSF (National Science Fondation). Tetapi karena SMET ini pengucapannya hampir sama dengan “smut” sesuai yang dilontarkan pegawai NSF, sehingga saat itu diganti menjadi STEM sampai saat ini.(Nasrah et al., 2021).
Dalam pendidikan ini adalah pendekatan erintegrasi yang menggabungkan mata pelajaran Sains, Teknologi, Teknik, Seni dan Matematika sebagai sarana untuk mengembangkan pendidikan, penyelidikan siswa, komunikasi dan pemikiran kritis selama pembelajaran Ini adalah adaptasi dari STEM, yang menyoroti hubungan dua atau lebih area konten untuk memandu instruksi melalui observasi, penyelidikan dan pemecahan masalah (Starzinski, 2017). Pendidikan STEM didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang terintregasikan dari konsep sains, teknologi, teknik dan matematika dengan langkah langkah berikut: (Syukri et al., 2013).
a. Langkah pengamatan (Observe)
Peserta didik dimotivasi untuk melakukan pengamatan berbagai fenomena/isu yang terdapat di dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yang memiliki keterkaitan dengan konsep sains dalam pembelajaran yang sedang dibahas.
b. Langkah ide baru (New Idea)
Peserta didik mengamati dan mencari informasi tambahan mengenai berbagai fenomena atau isu yang berhubungan dengan topik sains yang dibahas, setelah itu peserta didik memikirkan ide baru dari informasi yang ada. Pada langkah ini peserta didik akan memerlukan kemahiran dan menganilisis dan berfikir kritis.
c. Langkah inovasi (Innovation)
d. Langkah kreasi (Creativity)
Langkah ini adalah pelaksanaan semua saran dan pendapat hasil diskusi mengenai ide yang dapat diaplikasikan.
e. Langkah nilai (Society)
Ini adalah langkah terakhir yang harus dimiliki oleh peserta didik dari ide yang dihasilkan peserta didik berupa sebuah nilai yang dapat bermanfaat bagi kehidupan.
Dapat di simpulkan perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat telah menuntut kita untuk lebih mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapinya. Salah satunya ialah dengan mempersiapkan generasi penerus yang berliterasi dalam bidang-bidang STEM (Science, Technology, Engineering,& Mathematics). Di beberapa negara maju pun telah mengaplikasikan pengintegrasian STEM dalam kurikulum. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam ruang lingkup pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, setiap guru harus lebih mempunyai kemampuan pedagogik. Peran guru abad 21 menjadi lebih menarik sekaligus lebih menantang. Guru abad 21 itu harus bisa menjadi guru yang memesona. Artinya guru yang harus mempunyai kemampuan untuk memahami karakter peserta didik. Sehingga ketika merancang pembelajaran bisa menyesuaikan dengan karakteristik, kondisi, dan keadaan peserta didik. Setelah mampu memahami karakteristik peserta didik. Guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mengacu pada karakteristik peserta didik. Kehadiran guru dalam pembelajaran abad 21 sangat diperlukan untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang bermakna, berkarakter dan berorientasi pada pengembangan.***