Kab. Tasikmalaya – GM | Santri hendaknya mengisi liburan dengan kegiatan positif untuk meningkatkan kemampuan. Kegiatan itu bisa dilakukan dengan inisiatif sendiri ataupun bersama dengan temannya agar liburan digunakan untuk waktu yang bermanfaat.
Seperti halnya santri pondok pesantren Al Falah Kebonkalapa Desa Cibalanarik Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya yang mengisi hari libur dengan bercocok tanam, Sabtu (29/10/22).
Rois A’mm Iqbal Fauzi mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan satu pekan sekali atau hari libur, karena mayoritas santri yang mondok adalah Siswa Menengah Kejuruan (SMK) dan Mahasiswa.
“Tanah yang di garap itu tepatnya di belakang pondok asrama pusaka milik seorang agnia yaitu H. Iman dekat lokasi pondok tersebut, yang terkenal akan kedermawanannya,” ucapnya.
Iqbal menuturkan, pada awalnya tanah tersebut ialah sawah yang subur, namun kurangnya dan berhentinya saluran air dari irigasi Ciramajaya menjadikan tanah tersebut tidak obyektif untuk di tanami padi kembali.
Selang beberapa tahun tanah semakin terbengkalai hanya ulat hama dan hewan liar yang menghuninya. Kemudian dari pada itu sampah dari asrama terkadang bertumpuk di area tanah tersebut, sehingga meresahkan pemilik tanah.
Dari sana, muncullah usulan dari seorang santri yang bernama Fikri Abdul Muqi kemudian mengajak untuk menggarap tanah tersebut dan menanaminya dengan berbagai macam tanamam.
“Karena mendasar dari program santripreneur yang di kelola oleh pembina dewan santri yaitu kiayi Atep Ridwan syam “santri moal jadi ajengan kabeh, dina jadina kudu bisa usaha oge kudu jadi pengusaha sukses” ujarnya dengan bahasa Sunda yang artinya, santri yang mondok tidak akan semua jadi seorang ajengan atau ustadz, dengan berbagai profesi misalnya pengusaha”, terang Iqbal.
Kemudian, disepakatilah usulan santri itu kemudian rois a’mm meminta izin kepada pimpinan pondok pesantren juga meminta saran untuk menggarap tanah tersebut.
Setelah di berikan izin dan arahan, mulailah dengan bimbingan pembimbing santri dan juga pakar tani yaitu Dede Miftah semua santri di komando agar dapat melaksanakannya, sehingga kegiatan tersebut bisa terlaksana walaupun dengan alat seadanya.
“Dari mulai membersihkan sampah dan rumput liar tersebut, “pekerjaan tidak dapat langsung selesai dalam satu pekan karena tenaga santri yaa memang terbatas, ujar dede miftah”, jadi bertahap dari mulai membersihkan pekan ke 1, menggaru, memacul tanah setelah itu di bentuk panjang mengikuti garis yang telah di bentangkan, dan melubangi tanah untuk memulai menanam bibit tanaman tersebut,” jelasnya.
Adapun tumbuhan yang ditanam adalah jenis sayuran diantaranya seperti kangkung, sawi, timun, kacang panjang, buncis, bawang daun, cabe, jangung dan lainnya.
Untuk penyiraman dilakukan dalam dua kali sehari pagi dan sore hari oleh petugas patrol, dan pemupukan dilakukan setelah tumbuh 7-14 hari, sehingga sayuran dapat tumbuh subur. kecuali jika hujan petugas patrol hanya mengawasi saja tanaman dari gangguan hewan yang merusak tanaman.
Satu bulan kemudian dari penanaman sayuran tersebut santri berbondong bondong memanen hasil kerja keras nya tersebut, yang baru bisa di panen ialah kangkung dan sawi karena jagung dan lainnya di perlukan waktu yang Cukup lama
Setelah selesai memanen dan menyortir sayuran yang layak untuk di jual sebagian santri beramai-ramai mempacking dan merapikan sayuran untuk siap di distribusikan kepada semua warung kecil dan di jual langsung oleh team marketing Santri yang telah terbentuk
“Alhamdulillah, terhitung sampai saat ini panen dari hasil tani tersebut sudah 4x dengan hitungan umur kangkung siap panen 30 hari, setelah itu satu Minggu 1x untuk rutinan panen, ucapnya.
“Dari hasil panen tersebut, uang yang terkumpul di simpan dan di kembalikan untuk modal diantara pembelian pupuk dan jaring. Adapun selebihnya biasanya untuk ngopi juga ngaliwet bersama, ujar Jaka Manager Pertanian Ponpes menambahkan.
Selain itu, bercocok tanam merupakan bagian dari salah satu program Dewan Santri (DESAN) atau pengurus di pondok pesantren.
“Dengan bertujuan agar para santri yang mondok tidak hanya belajar mengaji saja namun bisa untuk belajar bagaimana cara mengolah tanah sehingga lebih bermanfaat, juga dapat menambahkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan menumbuhkan karakter kerja keras, kerja cerdas serta kerja ikhlas,” pungkas Iqbal.
Sementara pimpinan pondok pesantren Aj.Iyon Sufyan Tsauri, mengatakan, di samping pandai mengaji juga harus segala pandai dalam berbagai macam bidang, baik sosial budaya dan cara bermasyarakat karena rosul pun telah mencontohkan itu.
“Jadi dengan adanya kegiatan pertanian, bercocok tanam ini, diharapkan para santri mampu dan paham tatacara bertani dan bidang yang lainnya, disamping juga pintar mengaji” ucapnya.
Seperti amanat dari dewan kiyai pondok pesantren “setiap langkah adalah barokah, siapa yang bertanam akan memanen dan waktu yang lalu sudah berlalu, waktu kedepan kita tidak tahu, dan sekarang kita harus memanfaatkan waktu” ujar kiyai Bambang Abdul Aziz, menutup pembicaraan. (Red/Eqi)***