Penulis: N Ooh, S. Pd. (Guru SDN 2 Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya)
Pembelajaran matematika dipandang sebagai pembelajaran yang penting, karena matematika sangat erat kaitannya dengan kegiatan manusia sehari-hari. Sebagai sebuah teori dan pembuktiannya, matematika merupakan fenomena yang komplit dan terstruktur dengan rapih, segala teori di dalamnya dapat dibuktikan dengan empiris.
Tetapi sebagai sebuah pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soedjadi menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika.
Bagi sebagian orang matematika merupakan pembelajaran yang menarik, mereka yang memahami dengan cepat konsep, prinsip dan operasi dapat dengan mudah mengontrol hal-hal abstrasksi dan menghubungkannya dengan realita dalam pikiran mereka. Tetapi tentu saja hal tersebut tidak dapat digeneralisir, dan dapat dilakukan oleh semua peserta didik pada pembelajaran matematika. Matematika tetap memerlukan media, media yang memudahkan “merealitaskan abstraksi”. Ini berarti perlu ada “jembatan” yang dapat menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami.
Bagi guru, persoalan mencari jembatan atau media merupakan tantangan untuk mencari dan memilih model matematika yang menarik dan mudah dipahami siswa. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.
Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola pembelajaran yang memberikan motivasi kepada siswa sebagai subjek belajar. Dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif harus ada partisipasi aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajaran matematika.
Tetapi di lapangan, kondisi-kondisi tersebut masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Pandangan bahwa matematika merupakan sebuah konsep yang “sudah pasti”, dan siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung instan dalam memberikan pembelajaran matematika, guru cenderung lebih nyaman dalam menanamkan konsep yang sudah ada, tanpa memberi kesempatan siswa untuk menemukan konsep melalui kegiatan yang bermakna. Kecenderungan tersebut menciptakan pembelajaran yang terfokus pada guru, sehingga siswa cenderung pasif.
Fenomena pembelajaran tersebut juga terjadi pada pembelajaran mengenai materi segi banyak dan bukan segi banyak di kelas V SDN 2 Purbaratu. Pembelajaran jaring-jaring bangun ruang yang dilakukan oleh guru banyak sekali menemui kesulitan. Sebagian besar siswa kesulitan dalam memahami dan mengidentifikasi jaring-jaring bangun ruang. Salah satu penyebabnya adalah mereka terbiasa hanya melihat gambar, tanpa melakukan kegiatan praktik membuktikan gambar tersebut, sehingga bila ditampilkan gambar jaring-jaring berbeda, mereka kesulitan untuk melakukan identifikasi jaring-jaring tersebut.
Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam materi jaring-jaring bangun ruang, bermuara pada penerapan metode pembelajaran yang belum mendukung terhadap peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Sehingga perlu adanya perubahan dalam pembelajaran matematika materi jaring-jaring bangun ruang, terutama perubahan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi jaring-jaring bangun ruang.
Salah satu model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model kegiatan paktik. Pembelajaran matematika dengan metode kegiatan paktik akan memberikan peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah yang dimulai dari masalah-masalah yang dibayangkan oleh siswa, siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara perlahan-lahan guru membimbing siswa menyelesaikan masalah tersebut melalui penekanan konsep-konsep yang ada
Penerapan pembelajaran dengan model belajar kegiatan paktik dapat dipakai sebagai salah satu alternatif pemecahan pembelajaran matematika tentang jaring-jaring. Penerapan pembelajaran matematika dengan model belajar kegiatan paktik akan lebih memahamkan konsep matematika kepada siswa, sehingga siswa tidak hanya bisa mengerjakan soal-soal matematika dengan cara menghapal abstrak.
Pengalaman penulis, kegiatan paktik membuat jaring-jaring dapat membantu pemahaman siswa lebih baik. Dengan peralatan sederhana bermodalkan kertas HVS, siswa ditampilkan puluhan gambar jaring-jaring, dan mereka dipersilakan untuk menggambar jaring-jaring yang mereka sukai, selanjutnya mereka membentuk jaring-jaring tersebut menjadi bangun ruang. Kunci dari kegaitan praktik ini adalah pengalaman “bongkar pasang” bangun ruang tersebut, sehingga menjadi pengalaman bermakna bagi siswa alam memahami konsep jaring-jaring. Pengalaman-pengalaman tersebut, memberikan kemampuan identifikasi yang cukup kuat kepada siswa untuk mengenali jaring-jaring sebuah bangun ruang, kemampuan identifikasi tersebut sangat membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan jaring-jaring bangun ruang, dan dampaknya pembelajaran menjelaskan dan menemukan jaring-jaring bangun ruang di kelas V SDN 2 Purbaratu dapat ditingkatkan hasilnya.***