Penggunaan Gambar Tunggal Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa

Wawan Setiawan, S. Pd. (Guru SDN Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya) 

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan yang menghasilkan tulisan. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Seperti yang dikatakan oleh H.G. Tarigan (dalam Haryadi dan Zamzani 1996:77) bahwa menulis adalah “…menurunkan atau melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik tersebut”.

Read More

Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan kepada siswa di sekolah dasar, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan berpengaruh mempertajam terhadap kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah kemanusiaan. Kemampuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajaran menulis puisi. Dalam hal ini adalah kemampuan siswa dalam menulis puisi yang berdasarkan atas rangsangan visual, yaitu dengan menyajikan media gambar tunggal.

Berdasarkan observasi awal di lapangan menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya banyak yang kurang mampu menulis puisi. Mengingat keterampilan siswa pada aspek kesusastraan merupakan bagian dari tujuan pengajaran bahasa Indonesia, maka sebagai guru sudah menjadi kewajiban untuk meningkatkannya.

Menurut Sufianti (2006:27) pengajaran sastra di sekolah selama ini dianggap belum sesuai yang diharapkan. Keluhan tersebut berkenaan dengan rendahnya minat dan apresiasi siswa terhadap sastra. Hal ini senada dengan Haryadi dan Zamzani (1996:96) yaitu mendorong tumbuhnya sikap apresiatif terhadap karya sastra, yaitu sikap menghargai dan mencintai karya sastra.

Kendala dalam pengajaran apresiasi sastra selain keterbatasan kemampuan siswa, juga disebabkan oleh pemahaman guru mengenai pengajaran sastra. Bahan-bahan penunjang pengajaran sastra yang kurang, sering berubahnya kurikulum, serta kurangnya alokasi waktu untuk pengajaran apresiasi sastra. Demikian pula dengan permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran menulis puisi di kelas V SDN Singkup selama ini kurang menggembirakan, penulis menemukan beberapa permasalahan yang timbul dari guru maupun murid.

Dalam pembelajaran menulis puisi ini, guru hanya membacakan salah satu puisi dalam buku paket dan menyuruh siswa untuk menuliskan puisi tersebut lalu guru menyuruh untuk membacakannya di depan kelas. Sedangkan siswa tidak diberi kesempatan untuk menulis puisi dengan bahasa atau kata-kata dan kemampuannya sendiri.

Ketika penulis memberikan tugas pada siswa untuk menulis puisi dengan kata-kata atau bahasanya sendiri, siswa terlihat kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan bahasanya sendiri, hal itu disebabkan karena selama pembelajaran berlangsung mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk menuliskan puisi dengan kata-kata atau bahasanya sendiri.

Melihat dari kondisi tersebut, salah satu upaya meningkatkan minat siswa menulis puisi di sekolah dasar digunakan media gambar tunggal untuk dapat merangsang siswa mengungkapkan idenya atau gagasan ke dalam ragam bahasa tulis. Gambar yang dibuat dan disajikan dalam pembelajaran apresiasi puisi menjadikan siswa termotivasi untuk mengekspresikannya menjadi sebuah karya sastra puisi. Hal ini senada dengan Pupuh Faturrohman (2007:54), yang mengatakan bahwa:

Media gambar merupakan salah satu dari sekian media mengajar yang dapat disajikan kepada siswa sebagai salah satu variatif dari media mengajar yang telah ada. Dengan media gambar ini diharapkan siswa memiliki dan mengembangkan daya pikir yang kritis, termasuk daya ingatnya, mengembangkan keberanian dan keterampilannya dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

Oleh karena itu, di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar dari pada tulisan, apa lagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses pembelajaran yaitu contohmya gambar tunggal, gambar tunggal adalah sebuah ilustrasi yang mendeskripsikan suatu objek ataupun peristiwa sehingga dapat memudahkan siswa dalam berimajinasi untuk menuangkan ide, pikiran, dan perasaan yang tertuang dalam bentuk karangan.

Untuk mengimplementasikan penggunaan media gambar tunggal ke dalam Pembelajaran menulis puisi, guru mempersiapkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Siswa menyimak penjelasan guru tentang menulis puisi, Siswa mengamati contoh puisi berdasarkan gambar yang ditunjukkan guru Siswa mengidentifikasi gambar dengan bimbingan guru, Siswa mengembangkan hasil identifikasi gambar menjadi baris-baris puisi, Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Prinsip penggunaan media gambar tunggal ini adalah, membantu sekaligus memudahkan daya imajinasi siswa, menuangkan atau mendeskripsikan gambar menjadi kalimat-kalimat, selanjutnya untuk membuat kalimat-kalimat tersebut menjadi puitis, guru dapat membantu siswa dengan menampilkan atau menyediakan kamus, atau mencari dari internet padanan atau sinonim kata-kata tersebut. Dengan memiliki pengalaman seperti itu, dengan sendirinya kemampuan siswa akan terasah dan kosa kata mereka pun semakin banyak.

Pengalaman penulis, mengajarkan menulis puisi menggunakan gambar tunggal, memang penuh tantangan tetapi apabila direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan efektif, kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat ditingkatkan.***

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *