Menjalin Komunikasi Bersahabat Untuk Menelusuri Minat dan Bakat Terpendam Anak

Penulis: Iis Rismayati, S. Pd (Guru SDN 2 Cikalang Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya)

Anak bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu untuk ditulisi, atau replika orang dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi sebagai tenaga buruh yang murah, melainkan, anak adalah entitas yang unik, yang memiliki berbagai potensi yang memerlukan proses serta sentuhan-sentuhan tertentu dalam perkembangannya. Mereka yang memulai dari egosentrisme dirinya kemudian belajar, akan menjadi berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi dalam dunianya.

Read More

Setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Selain itu anak pun menyimpan potensi yang menunggu untuk “diekspoitasi” muncul ke permukaan dan menjadi identitas dirinya. Minat dan bakat anak adalah hal unik dari mereka masing-masing.

Tetapi mengetahui minat dan bakat terpendam anak bukanlah perkara gampang.Dengan karakter mereka yang berbeda, tidak jarang guru luput mengethui minat dan bakat anak. Untuk minat dan bakat akademis mungkin guru lebih mudah mengamati minat dan bakat mereka, karena interaksi dalam pembelajaran setiap hari, memudahkan guru dapat melihat kemampuan dan motivasi yang menonjol dari anak terhadap sebuah mata pelajaran atau fenomena dalam mata pelajaran, misalnya ada anak yang memiliki kegemaran pada matematika, terlihat dia bersungguh-sungguh ketika guru menjelaskan, bersemnagat ketika diberi latihan, dan sangat serius ketika pekerjaannya mendapat koreksi dari guru, begitu juga anak yang memiliki perhatian pada kegiatan-kegiatan praktik atau percobaan pada pelajaran IPA, dan seterusnya.

Pada situasi-situasi tersebut, guru sedikit lebih mudah mengidentifikasi minat dan bakat akademis siswa, tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa tidak semua anak memiliki minat dan bakat pada kemampuan akademis, banyak sekali anak yang memiliki minat dan bakat pada kemampuan non akademis, misalnya anak yang suka olahraga tertentu, kesenian, keterampilan tertentu dan lainnya.

Menjadi sebuah tantangan bagi guru untuk dapat mengetahui, memunculkan dan memfasilitasi minat bakat anak tersebut. Tetapi semua butuh cara dan sarana untuk memfasilitasinya, sedangkan biasanya tidak semua minat dan bakat siswa itu dapat difasilitasi di sekolah, sehingga beberapa anak harus layu sebelum berkembang.

Dari uraian di atas terdapat dua permsalahan yang menjadi tantangan untuk guru, mengetahui minat an bakat yang terpendam dan berupaya memfasilitasinya. Pengalaman penulis, kunci dari kedua masalah tersebut adalah komunikasi dan pendekatan. Komunikasi yang intens, berupa obrolan-obrolan ringan, bersahabat dan luas ternyata dapat menemukan inforrmasi-informasi luas dari anak tentang dirinya, kesukaann mereka terhadap pelajaran, gaya mengajar, kebiasaan di rumah dan tentu saja keinginan mereka. Informasi tersebut dapat diarahkan melalui obrolan-obrolan lebih intens pada hal yang terlihat sangaat disukai oleh anak untuk diperbincangkan. Misalnya anak menyukai jurmalis, dia terlihat bersemangat ketika diajak berbicara tentang sebuah berita, cara mencari berita dan tokoh pembawa acara atau reporter yang menjadi idola mereka. Komunikasi lainnya yang tidak kalah penting adalah faktor orang tua, hasil “obrolan-obrolan” ringan tadi, guru melakukan komunikasi dengan orang tua. Apabila sekolah dapat memfasiltiasi, guru melakukan komunikasi dengan kepala sekolah, tetapi apabila sekolah belum memfasilitasi, orang tualah yang paling tepat untuk diajak berkomunikasi.

Tidak semua minat bakat anak, terutama pada anak SD harus selalu diberi fasilitas “wah”, seperti tadi anak menyukai jurnalis, guru dan orang tua secara informal dapat memberikan informasi-informasi mengenai cara mewawancarai yang baik, mencari anra sumber, menulis berita dan sebagainya. Selain itu guru dan orang tua juga dapat menampilkan link-link pada yotube mengenai teknik-teknik mencari berita dan hal lainnya kepada anak.

Pengalaman guru tersebut, cukup berhasil, paling tidak ada dua dampak positif yang dirasakan oleh guru, yang pertama hal ini mendorong anak lainnya “berani” membuka obrolan-obrolan ringan mengenai minat, hobi, kebiasanaan dan lain-lain. Dampak positif ke dua, hubungan guru dan siswa menjadi sangat dekat, bersahabat dan erat. Hal ini dimanfaatkan oleh guru pada kegiatan pembelajaran, hampir semua perintah, tugas atau isntruksi dari guru terhadap kegiatan dituruti anak, mereka percaya dan patuh apa yang disampaikan oleh guru. Mereka juga percaya bahwa apa yang disampaikan oleh guru merupakan hal yang berguna bagi mereka.

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *