Oleh : Selvi Noviyani, S.Pd.SD., M.Pd Kepala SDN Syekh Tubagus Abdullah Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya
Seiring dengan perubahan zaman, kepemimpinan pun dituntut untuk menyesuaikan dengan segala perubahannya. Maraknya teknologi yang menawarkan artificial intellegent, seperti robot pintar dan berbagai macam aplikasi di smartphone justru mengancam masyarakat Indonesia. Sikap malas, manja, egois, dan perilaku serba instan merupakan beberapa sikap negatif yang melekat pada mayoritas masyarakat melek digital. Oleh karena itu, dibutuhkan karakter pemimpin yang mampu mereduksi sikap negatif dan mengeluarkan potensi positif dari kaum milenial seperti melek teknologi,cepat, haus ilmu pengetahuan dan publikasi. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan pemimpin yang memiliki sikap profesionalisme.
Pemimpin di era digital harus profesional dan dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menghadirkan proses kerja yang efisien dan efektif dilingkungan kerjanya. Sikap profesionalisme yang melekat pada diri seorang pemimpin dapat mempengaruhi lingkungan kerja disekitarnya. Karena pada dasarnya kepemimpinan itu merupakan titik pusat dari perubahan kegiatan, dan proses dari kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.. Pemimpin yang profesional dapat membawa pendidikan ke arah yang lebih baik.
Sebesar dan sebanyak apapun kompetensi yang dimiliki seorang pemimpin menjadi kurang bernilai apabila tidak didasari dengan ahlakul karimah. profesionalisme erat kaitannya dengan ahlak yaitu sikap dalam melakukan pekerjaan dengan bersungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh hati, disiplin jujur dan loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya.
Sementara itu Sofyan Sauri (2016:160-161) menyatakan bahwa:
Standar normatif dalam ajaran Islam adalah Alquran dan hadis, karena itu ahlak yang baik adalah ahlak yang sesuai dengan tuntunan Alquran dan contoh Rasulullah. Rasulullah adalah pribadi ideal yang dimuliakan Allah dan sangat pantas bahkan harus kita tauladan. Kajian tentang ahlak berkaitan tata cara hubungan yang baik anatara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Dasar dalam kajian ahlak bersumber dari perilaku Rasulullah sebagai rujukan keteladanan (uswah hasanah) bagi manusia.
Pimpinan lembaga pendidikan di era digital ini harus dapat menuangkan ide ,gagasan, cerdas dalam melihat peluang cepat dalam beradaptasi dan lincah dalam memfasilitasi agar dapat dengan mudah bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain dan mampu menjadi lembaga pendidikan yang mendapat kepercayaan dari masyarakat. Pimpinan sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin lembaga pendidikan bertanggung jawab atas tercapainya tujuan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Pimpinan pendidikan diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan adalah signifikan bagi keberhasilan lembaga. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya.Tercapai atau tidak tujuan suatu organisasi sangat tergantung pada profesionalisme pimpinan.
Adapun definisi professional itu sendiri berawal dari kata Profesi serapan dari bahasa Inggris profess dan Profesion yang mempunyai dua definisi janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen kemudian definisi kedua adalah mampu atau ahli dalam suatu pekerjaaan. Suatu profesi adalah pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi biasanya meliputi pekerjaan mental yang ditunjang oleh kepribadian serta sikap profesional.
Pengertian profesi menurut KBBI adalah bidang pekerjaan yang di landasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu. Maka dari itu suatu pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian sebagaimana dapat dipahami dari hadist Nabi SAW, Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya (H. R. Bukhori).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar dan juga komitmen dari para anggota dari sebuah profesi untuk meningkatkan kemampuan dari seorang karyawan (pegawai).
Istilah kepemimpinan dan pemimpin berasal dari kata pimpin yang mengandung beberapa arti, yang erat kaitannya dengan memelopori, di bagian depan, menuntun, membimbing, mendorong, mengambil inisiatif, bergerak lebih awal, mendahului, memberi contoh, menggerakkan orang lain, mengarahkan orang lain, memerintah orang lain. Pamudji (1985:5) menjelaskan bahwa dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun.
Kepemimpinan mengandung pengertian yang seringkali sukar ditangkap maka tidak mengherankan apabila timbul berbagai definisi dan deskripsi tentang kepemimpinan. Ada yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri si pemimpin dan oleh karenanya kepemimpinan itu dikaitkan dengan pembawaan, kepribadian, kemampuan dan kesanggupan yang kesemuanya mengarah pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu.
1. Kepemimpinan adalah hubungan kerja antara anggota-anggota kelompok dimana pemimpin memperoleh status melalui partisipasi aktif. Dan dengan memperlihatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas kerjasama dengan usaha mencapai tujuan (Stogdill ).
2. Kepemimpinan adalah cara interaksi dengan orangorang lain yang merupakan suatu proses sosial yang mencakup tingkah laku pemimpin yang diangkat (jenings).
3. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan aktivitas kelompok yang terorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch Behling).
4. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu (Daeng Arifin).
Ada 4 (empat) ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi (Keith Davis, 2010):
1. Kecerdasan (intelegensi) : Penelitian menunjukkan bahwa seorang pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada karyawannya tapi tidak sangat berbeda.
2. Kedewasaan sosial hubungan sosial yang luas : Pemimpin cenderungmempunyai emosi yang stabil dan dewasa, matang serta mempunyai kegiatan-kegiatan dan perhatian yang luas.
3. Memotivasi diri dan dorongan berprestasi : Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi. Mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsif daripada ekstrinsif.
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi : Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat bawahannya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi kepada pegawai
Kita sering mendengar istilah profesionalisme. Inilah etos yang membuat seorang profesional bisa bertahan lama dalam sebuah perjalanan karier. Ficky Yusrinia dalam liputan6.com,jakarta menuliskan tujuh prinsip yang berlaku universal dimanapun dan apapun jenis profesinya. Jika ketujuh nilai itu bisa dipelihara terus menerus, niscaya reputasi dan kiprah dalam karier akan terus terjaga dengan sendirinya. Penulispun sependapat dengan ketujuh prinsip profesionalisme itu jika melekat pada diri seorang pemimpin pendidikan maka sebuah lembaga pendidikan akan menuju kesuksesan dalam kurun waktu yang lama. Ketujuh prinsip tersebut diantaranya:
- Memiliki tanggung jawab
Artinya seorang profesional harus punya rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan segala hal dalam perjalanan karier dan pekerjaannya. Ia juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa orang-orang yang dilayaninya atau profesinya tidak dirugikan atas sikap dan perbuatannya. Profesional sejati akan selalu belajar meningkatkan kompetensi yang mendukung profesinya, bekerja keras dan tekun berusaha. - Bersikap proaktif
Rasa tanggung jawab itu membuat seorang profesional berani mengambil inisiatif untuk melakukan apa saja yang diperlukan demi mencapai standar kualitas, dalam hal ini performa atau kinerja yang tinggi. Ia mengerjakan hal-hal yang bahkan di luar job description, sepanjang itu perlu dilakukan. - Ada rasa cinta pada pekerjaan
Seorang profesional memiliki passion pada apa yang dikerjakan. Uang atau penghasilan bukanlah tujuan utama. Seseorang yang mengawali karier hanya demi mengejar keuntungan saja, maka dia tidak akan pernah maju. Kalaupun dia bisa mencapai posisi yang tinggi dia tidak akan pernah merasa bahagia dalam pekerjaannya. Kerja akan terasa sebagai kewajiban yang membosankan, meresahkan.dan menyiksa. Selain itu, cinta juga bisa berarti adanya rasa peduli terhadap kebuthan orang yang dilayani. - Adanya kesetiaan atau loyalitas
Atas dasar cinta tersebut, profesional sejati akan menunjukkan kesetiaan pada profesi yang dipilihnya. Untuk itu dia akan memperjuangkan dan mempertahankan nama baik, atau profesi agar tidak tercemaroleh kata, sikap, dan tindakannya sehari-hari. Dia akan bertindak hati-hati dan penuh perhitungan, mendisiplinkan diri untuk terus menerus
mengembangkan karakter yang positif. - Menundukkan diri pada nilai-nilai etis
Termasuk peraturan lembaga, peraturan perundang-undangan dan hukum sepanjang norma yang berlaku itu sesuai dengan hati nurani. Untuk itu profesional sejati punya integritas yang kokoh. - Mau belajar dari kesalahan
Tidak ada orang yang steril dari berbuat salah. Setiap orang bisa saja melakukan kesalahan, hindari bersikap arogan dan berkelit dari kesalahan. Seorang profesional adalah orang yang terbuka terhadap kritik yang membangun dan terus berupaya mneingkatkan diri. Ia juga melepaskan diri dari kecenderungan mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain. - Jujur dan bisa dipercaya
Dalam dunia kerja yang ketat kompetisi ini, nilai kejujuran kian diabaikan. Padahal jika sekali saja diketahui bahwa kita tidak jujur maka tidak bisa dipercaya dan jatuhlah reputasinya seketika. Selain itu seorang profesional memegang rahasia yang dipercayakan.