Oleh: Nita Krismania, S.Pd (Guru Kelas 6 SDN Leuwikidang Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya)
Numerasi adalah kemampuan untuk menerapkan konsep bilangan dan keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari dan menginterpretasikan informasi kuantitatif yang ada di sekitar kita. Kemampuan ini dibuktikan dengan adanya rasa nyaman terhadap bilangan dan kepandaian dalam mengaplikasikan keterampilan matematika. Kemampuan numerasi penting untuk dimiliki semua orang, terutama bagi generasi masa kini. Memiliki kemampuan numerasi mendorong mereka untuk terampil menerapkan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan ditujukan bagi kepentingan orang banyak.
Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara) dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekitar kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.
Tetapi sebelum mengembangkan kemampuan numerasi lainnya siswa harus menguasai beberapa keterampilan matematika diantaranya yaitu operasi hitung bilangan. Selama ini Matematika terlanjur memiliki stigma negatif di mata siswa karena dianggap pelajaran yang sulit. Belum lagi semangat belajar siswa yang masih betah berhibernasi pasca pandemi. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri agar siswa mau menyukai sesuatu yang selama ini mereka anggap sulit dan biasanya siswa akan cenderung menghindari ketika dihadapkan dengan pelajaran Matematika.
Berdasarkan hasil analisis belajar siswa di kelas sebelumnya didapati bahwa mata pelajaran yang memperoleh nilai rata-rata terrendah adalah pelajaran Matematika. Begitu juga ketika melakukan survey untuk menggali minat siswa di awal tahun pembelajaran, hampir seluruh siswa mengatakan bahwa mata pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang paling tidak mereka sukai karena dianggap sulit. Berangkat dari permasalahan tersebut ada beberapa hal yang perlu saya lakukan untuk mengubah stigma negatif tersebut.
Hal yang pertama saya lakukan di kelas 6 adalah memberi motivasi dan meyakinkan siswa bahwa untuk menyukai sesuatu berarti kita harus sering bertemu dengan hal tersebut. Seperti bunyi pepatah jawa “Wit ing tresno jalaran soko kulino”. Begitu juga dengan Matematika, karena Matematika itu bukan ilmu hafalan tapi terapan. Semakin sering kita berlatih mengerjakan soal matematika maka kita akan semakin faham. Yang kedua adalah mengajarkan trik menguasai perkalian dan pembagian dasar bilangan 1-10. Hal ini sangat bermanfaat terutama untuk siswa yang lemah hafalannya. Misal trik perkalian 2 menggunakan 10 jari. Perkalian 3 dan 4 yang menggunakan hafal pola. Trik perkalian 5 yang menggunakan pola buka 5 tutup 10. Trik perkalian 6-9 yang menggunakan jaritmatika. Jika siswa sudah menguasai trik perkalian, maka dapat diterapkan konsep kebalikannya untuk operasi pembagian. Contoh untuk soal 49 dibagi 7. Kita harus mencari bilangan yang jika dikalikan dengan bilangan 7 menghasilkan angka 49. Sekalipun tidak hafal perkalian, soal seperti ini akan mudah sekali jika siswa sudah menguasai jaritmatika. Bilangan 6 berarti kita harus menekuk 1 jari, bilangan 7 berarti menekuk 2 jari, dan seterusnya. Untuk soal tersebut, bilangan 7 berarti menekuk 2 jari pada satu tangan. Jari yang ditekuk mewakili puluhan sedangkan yang tidak ditekuk mewakili satuan. Kita ambil patokan puluhannya, bilangan 49 memiliki 4 puluhan. Pada satu tangan terdapat 2 jari yang ditekuk mewakili 2 puluhan, berarti masih kurang 2 puluhan. Hal ini berarti kita harus menekuk 2 jari pada tangan satunya. Menekuk 2 jari berarti mewakili angka 7, ini berarti 49 dibagi 7 adalah 7.
Hal ketiga yang saya lakukan adalah memastikan siswa mengetahui konsep operasi hitung pada bilangan bulat positif dan negatif. Contohnya perkalian dan pembagian bilangan bulat sejenis akan menghasilkan bilangan positif, sedangkan perkalian dan pembagian bilangan bulat yang tidak sejenis akan menghasilkan bilangan negatif. Jika ketiga hal tersebut kita lakukan dan siswa berhasil menguasainya pokok bahasan lainnya seperti materi bilangan cacah, pecahan, menghitung luas dan keliling lingkaran, volume bangun ruang, dan pengolahan data tidak menjadi persoalan yang rumit karena kemampuan berhitung siswa sudah terbangun fondasinya. Kini saya sudah merasakan adanya perubahan tersebut di kelas yang saya ajar khususnya tahun pelajaran ini. Yang awalnya siswa enggan belajar matematika, sekarang pada hari yang ada pelajaran matematika mereka selalu menawar untuk belajar matematika dulu di awal. Bahkan jika diberi latihan soal siswa merasa tertantang dan selalu minta lagi.
Diharapkan dengan adanya perubahan stigma tentang pelajaran matematika di mata siswa, bisa meningkatkan kemampuan numerasi siswa di masa yang akan datang. Sebagai bekal agar siswa memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, pekerjaan, partisipasi dalam masyarakat serta mampu memecahkan permasalahan sehari-hari dan mengambil keputusan dengan baik.***