Songkla, Thailand Selatan – Gemamitra.com | Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Tasikmalaya kembali menunjukkan langkah progresifnya di kancah internasional. Kali ini, Program Studi Pendidikan Guru PAUD (PGPAUD) UPI Tasikmalaya berangkat membawa misi penting dalam forum National and International Conference on Education (NICE) ke-11 (nasional) dan ke-7 (internasional) yang digelar di Prince of Songkla University (PSU), Thailand Selatan, pada 22–23 Mei 2025.
Yang menarik, keikutsertaan UPI Tasikmalaya bukan hanya agenda akademik semata. Dalam kegiatan ini, UPI menggandeng Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya sebagai bentuk kolaborasi nyata antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam mendukung kemajuan pendidikan anak usia dini.
“Ini bukan sekadar seminar internasional. Kami membawa misi untuk mengangkat praktik baik dan hasil riset inovatif dari Indonesia, khususnya dari Tasikmalaya, ke panggung global,” ujar Dr. Gilar Gandana, M.Pd., dosen sekaligus Kaprodi PGPAUD UPI Tasikmalaya yang menjadi delegasi.
Dua Riset, Dua Misi, Satu Visi
Dalam konferensi ini, dua karya ilmiah dari dosen PGPAUD UPI Tasikmalaya berhasil mencuri perhatian. Pertama, paper berjudul “The Trans-Disciplinary Approach of Science in Building Digital Eco-Pedagogy Media for Early Childhood Education” yang dipresentasikan oleh Dr. Gilar Gandana, M.Pd., bersama tim penulis: Dr. Dadan Nugraha, M.Pd., Dr. Taopik Rahman, M.Pd., Dr. Purwati, M.Pd., Dr. Risbon Sianturi, S.E., M.A.P., Anggi Maulana Rizqi, Lc., M.A., M.Pd., Rifki Ahmad Fauzi, S.Pd., dan Kendra Rodiyansah, S.Pd., M.M.
Penelitian ini menyoroti pentingnya pendekatan transdisipliner dalam menciptakan media digital berbasis eko-pedagogik untuk anak usia dini. Dari 58 guru PAUD yang terlibat sebagai responden, mayoritas menilai media ini relevan dan berdampak positif terhadap proses belajar.
“Karya ini menggabungkan pedagogi, teknologi, seni, dan ekologi. Sebuah pendekatan yang menyeluruh untuk menghadirkan pengalaman belajar yang bermakna,” komentar Dr. Wannisa Matcha dari PSU.
Paper kedua berjudul “Fine Arts Education in the Context of Early Childhood Education in Indonesia”, dibawakan oleh Aini Loita, M.Pd., bersama rekan penulis: Fauziah Syarifatul Huriyah, S.Psi., M.Psi., Psikolog., Budi Iskandar, S.Si., M.Pd., Alfian Azhar Yamin, M.Pd., Qonita, M.Pd., Nuraly Masum Aprily, M.Pd., Dr. Herman Syafri, M.Pd., dan Hidayatul Anwar, S.Pd.
Riset ini menggali bagaimana seni rupa bukan sekadar ekspresi kreatif, tapi juga jembatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, emosi, dan sosial anak sejak dini.
“Indonesia punya kekayaan seni dan budaya yang luar biasa. Sayang kalau tidak diinternalisasi sejak masa PAUD,” ungkap Dr. Abdulrapa Salae dari PSU.
Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya Ikut Berperan
Tak kalah penting, kehadiran Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, yang diwakili oleh Kasi Bidang GTK Disdik Kota Tasikmalaya, Kendra Rodiyansah, S.Pd., M.M. bersama Analis Bidang GTK Disdik Kota Tasikmalaya, Hidayatul Anwar, S.Pd., menunjukkan bahwa sinergi antara akademisi dan pemerintah bukan lagi sekadar wacana.
“Kami melihat pentingnya memperluas perspektif global untuk mendesain kebijakan lokal yang lebih adaptif dan progresif,” ungkapnya.
“Guru PAUD harus memiliki potensi eko-pedagogi dalam menciptakan pembelajaran yang menyatu dengan nilai-nilai lingkungan, termasuk dalam membangun seni visual yang bukan hanya indah, tetapi juga bermakna dan berkelanjutan,” terangnya saat ditemui.
Kolaborasi ini membuka peluang baru dalam membangun model PAUD yang lebih kontekstual, kreatif, dan siap menghadapi tantangan di era digital.
Menuju PAUD Berkelas Dunia
Langkah UPI Kampus Tasikmalaya ke panggung internasional bersama Dinas Pendidikan adalah bukti bahwa pendidikan anak usia dini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Dari laboratorium riset hingga ruang rapat pengambil kebijakan, semua bergerak bersama demi satu tujuan, yakni mencetak generasi pembelajar masa depan.
“Kami optimis bahwa PAUD Indonesia punya potensi besar untuk menjadi contoh praktik terbaik di level global, asalkan kita terus terbuka terhadap kolaborasi dan inovasi,” tutup Dr. Gilar. ***