Penulis: Dedi Mulyadi, S.Pd (SDN 4 Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya)
Situasi pandemi corona virus disease (Covid-19) yang terjadi sejak akhir 2019 keseluruh dunia , hingga akhirnya mengharuskan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan jaga jarak (phisycal distancing). Kebijakan jaga jarak ini berdampak pada hampir semua aspek kehidupan di Indonesia, seperti pada sektor kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Khusus pada aspek pendidikan, diberlakukan kebijakan belajar dari rumah (learning from home) bagi peserta didik untuk semua jenjang pendidikan, termasuk pendidikan di Sekolah Dasar.
Sehingga secara tidak langsung sekolah dalam waktu singkat harus memikirkan strategi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sesuai dengan kompetensi yang dimiliki setiap sekolah baik unsur kompetensi guru, peserta didik, orang tua, maupun dari sarana yang dimiliki. Strategi yang diterapkan sekolah melalui pembelajaran berbasis digital atau daring, namun dalam pelaksanaanya banyak sekali kendala, salah satu diantaranya tidak semua peserta didik memiliki handphone sebagai sarana belajar di rumah, guru yang ingin membuatkan lembar kerja untuk peserta didik juga terkendala distribusi tugas tersebut ke masing masing peserta didik mengingat jika tugas tersebut diambil di sekolah dikhawatirkan akan membuat kerumunan, peserta didik tidak bisa mengakses sumber belajar online karena tidak memiliki perangkat digital (HP android, komputer, dsb) , tidak adanya koneksi atau jaringan internet pada wilayah tersebut, mengeluh akan kendala koneksi internet dan borosnya kuota karena latar belakang ekonomi orang tua yang kurang mampu sehingga membuat peserta didik mengalami kendala untuk bisa mengakses sumber belajar secara online. Bagi peserta didik yang tidak bisa mengikuti pembelajaran daring, maka guru melakukan alternatif lain yaitu pembelajaran dengan cara luring, seperti memanfaatkan televisi, radio, buku dan guru kunjung, hal tersebut banyak terjadi di daerah yang akses internetnya terbatas. Fenomena semacam tersebut kalau terjadi secara berlarut-larut dan kelamaan menurut pakar Pendidikan akan terjadi Learning Loss.Apa itu Learning Loss?Learning Loss adalah hilangnya gairah belajar. Kalau semangat belajar peserta didik hilang indikasinya terhadap penurunanan hasil belajar peserta didik.
Setelah kasus covid-19 melandai saat ini Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah dibuka kembali dengan protokol kesehatan yang ketat untuk mengantisipasi penularan kembali virus tersebut. Dengan dibukanya kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM) ini merupakan angin segar bagi guru, peserta didik dan orang tua, hal inilah yang sangat dirindukan dan merupakan kesempatan yang baik oleh semua pihak terutama oleh para guru. Di saat inilah peranan guru sangat besar diantaranya adalah membimbing dan mendorong peserta didik agar semangat belajar mereka dapat termotivasi kembali akibat pandemi covid-19 selama hampir dua tahun sehingga prestasi pembelajaran dapat tercapai sesuia dengan harapan kita semua.
Peranan guru sebagai pembimbing memiliki tanggung jawab yang sangat penting dalam menghantarkan peserta didiknya untuk menggali potensi perkembangan bakat dan minat untuk mengusai ilmu pengetahuan (learning to know), mengarahkan untuk terampil mengerjakan keterampilan motoriknya (learning to do), belajar menjadi dirinya sendiri (learning to be), belajar hidup Bersama (learning to live together). Empat pilar Pendidikan yang telah ditetapkan oleh UNESCO menjadi acuan guru untuk membimbing peserta didik secara maksimal. Selain itu, guru juga harus dapat mendorong membangkitkan motivasi belajar peserta didik, baik motivasi secara intrinsik maupun motivasi secara ekstrinsik sehingga mereka mau belajar dengan penuh konsentrasi. Adapun strategi untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik antara lain, menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik, memberikan pujian atau reward, membantu kesulitan belajar baik secara individual maupun secara kelompok, menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariasi.
Guru dalam memberikan bimbingan, arahan dan dorongan motivasi belajar kepada peserta didik dilakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas akan berdampak terhadap keberhasilan prestasi belajar peserta didik.