Oleh : Hj Elis Lisnawati,S.Pd.
(Guru SDN 3 Sukamenak)
Pembelajaran pada kurikulum 2013 bukan lagi berfokus pada guru akan tetapi menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered Learning) hal ini sejalan dengan program pemerintah dan pendekatan modern yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, disini pendidik berperan sebagai fasilitator dalam proses membangun pengetahuan. Tugas pendidik sekarang ini adalah mengimplementasikan kurikulum dengan menekan partisipasi aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilaku guna meningkatkan mutu pendidikan. Kenyataan di lapangan sebagian besar proses pembelajaran masih terpusat pada guru dengan metode konvensional ceramah dan pemberian tugas dengan pembiasaan seperti ini peserta didik menjadi pasif dan tidak bernalar kritis seperti yang diharapkan dalam salah satu indikator profil pelajar pancasila bahwa peserta didik haruslah bernalar kritis.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan proses menjadikan peserta
didik aktif dalam belajar dengan mempertimbangkan karakteristik setiap peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam merancang proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Pada pembelajaran tersebut tampak bahwa peserta didik berpartisipasi
aktif dimana pengajar tidak memberikan informasi kepada peserta didik tetapi proses berpikir kritis. Di era pandemi untuk menerapkan pembelajaran berpusat pada peserta didik itu tentunya banyak kendalanya berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Pada kenyataannya guru masih mendominasi jalannya proses pembelajaraan secara daring dan peserta didik dikondisikan pasif menerima pengetahuan jika kondisi ini berlangsung terus menerus dikhawatirkan dapat mengakibatkan pembelajaran tidak dapat berkembang karena peserta didik tidak dapat menyampaikan pemikirannya mengenai materi pelajaran dan tidak dapat menghadapi penyelesaian permasalahan pembelajaran.
Sekarang ini Pembelajaran Tatap Muka telah dilaksanakan meskipun masih dengan keterbatasan yaitu menggunakan protokol kesehatan yang ketat untuk pencegahan covid-19. Pembelajaran berpusat pada peserta didik dapat dilaksanakan salah satunya dengan Strategi Pembelajaran Inquiri (SPI). Pembelajaran berpusat pada peserta didik dapat memantau kemajuan pembelajaran karena peserta didik terlibat jauh dalam berpikir tingkat yang lebih tinggi (high order thinking), peserta didik berpartisipasi aktif dan selalu ditantang untuk berpikir kritis. peserta didik memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya. Menurut Wina Sanjaya (2008:196) “ Strategi Pembelajaran Inquiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.
Adapun menurut Trianto (2011:166) Peran guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran dengan strategi inquiri diantanya adalah: (1) sebagai motivator dengan memberikan rangsangan agar siswa aktif dan bergairah, (2) Fasilitator yaitu menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan (3) Penanya dengan menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat. (4) Administrator adalah guru bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas (5) Pengarah yaitu dengan memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (6) manajer dengan mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas. (7) Rewarder dengan cara memberikan penghargaan pada prestasi yang telah di capai siswa. Sebagai pendidik yang dituntut untuk kreatif memilih strategi pembelajaran dalam rangka menciptakan
pembelajaran aktif dan menyenangkan selain mengetahui peranan dalam mengkondisikan SPI tentunya harus juga memperhatikan langkah pelaksanan SPI agar tujuan pembejaran tercapai.
Strategi Pembelajaran Inquiri adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses mencari dan menemukan sendiri informasi, berikut merupakan tahapan langkah pelaksanaan SPI diantaranya: (1) orientasi, pada tahap ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah (2) merumuskan masalah, guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki (3) mengajukan hipotesis, mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan menebak sehingga siswa dapat merumuskan jawaban sementara (4) mengumpulkan data, mengajukan pertanyaan untuk menjaring informasi berupa data dan fakta yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis (5) menguji hipotesis, setelah data terkumpul diadakan analisis dan dihubungkan dengan hipotesis dan (6) merumuskan kesimpulan,
setelah hipotesis terbukti maka guru membimbing siswa menyusun pernyataan terbaik sebagai jawaban atas masalah yang dibahas.
Mengapa SPI perlu diterapkan sebagai strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik? karena keunggulan dari SPI ini menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, jadi peserta didik tidak hanya dituntut untuk aktif bertanya, berpendapat, menghargai teman dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah dipelajarinya. SPI mendorong peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku dengan adanya pengalaman belajar saat mencari dan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang ditemui sehingga pembelajaran akan terasa menyenangkan dan lebih bermakna.***