Oleh : Hj. Hanhan Rohaeni, S.Pd. (Guru Kelas 1 SDN 1 Parakannyasag Kota Tasikmalaya)
Bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai oleh seorang anak dalam hal ini peserta didik SDN 1 Parakannyasag. Sebagai contoh sebagian besar peserta didik SDN 1 Parakannyasag lahir di daerah Jawa Barat dan berasal dari suku Sunda, bahasa yang dikuasai anak pertama kali adalah Bahasa Sunda, bisa dikatakan bahwa bahasa ibu peserta didik SDN 1 Parakannyasag adalah Bahasa Sunda.
Tanggal 21 Februari ditetapkan oleh Unesco sebagai bahasa ibu internasional. Menyikapi hal tersebut, saya dan rekan guru yang lain berinisiatif mengadakan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan Bahasa Sunda dengan puncak kegiatan akan diakhiri pada tanggal 21 Februari 2022. Rangkaian kegiatan yang dimaksud bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai dengan jati diri orang Sunda sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa dan budaya Sunda.
Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan “Bedah Warisan Sunda”, yakni mengajak peserta didik untuk menonton film sejarah Suku Sunda melalui chanel youtube, kemudian menjelaskan kepada peserta didik tentang sikap dan perilaku orang Sunda yang luhur budi pekertinya. Setelah itu, peserta didik diajak memahami tentang sastra Sunda termasuk di dalamnya membaca carpon, sajak, dll. Kegiatan tersebut mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap Bahasa Sunda dan membuat peserta didik sadar dalam menggunakan Bahasa Sunda secara benar tidak kasar dalam komunikasi sehari-hari.
Setelah peserta didik menggali tentang budaya Sunda, saya dan rekan guru lainnya mempersiapkan sebuah lomba untuk diikuti oleh peserta didik di kelasnya masing-masing. Lomba tersebut yaitu membaca sajak Sunda yang materinya sudah dipersiapkan oleh panitia. Teknis pelaksanaan lomba dilakukan secara daring, peserta didik mengirimkan video sedang membaca sajak kepada guru kelasnya masing-masing. Oleh guru kelas, video tersebut ditampung dan dikumpulkan menjadi sebuah portofolio kelas masing-masing. Setelah itu dipilih juara 1, 2 dan 3 dari masing-masing kelas.
Dipuncak peringatan yakni tanggal 21 Februari 2022, seluruh peserta didik dikumpulkan di aula Sekolah dengan tetap menjaga prokes, kemudian video membaca sajak yang dikirim oleh peserta didik ditampilkan kembali dan disaksikan oleh seluruh peserta didik. Setelah itu, Kepala SDN 1 Parakanyasag mengumumkan pemenang lomba membaca sajak masing-masing kelas untuk maju menerima bingkisan hadiah dan piagam penghargaan. Hal ini sebagai motivasi kepada yang bersangkutan dan seluruh peserta didik untuk lebih rajin lagi dalam belajar bahasa Sunda.
Setelah itu peserta didik kembali ke kelas masing-masing, sesuai kesepakatan, saya mengajak guru-guru yang lain untuk mereview rangkaian kegaiatan yang sudah dilaksanakan tersebut bersma peserta didik serta menganalisis nilai karakter yang diperoleh dari kegiatan tersebut untuk senantiasa diterapkan oleh peserta didik dalam kegiatan sehari-hari.
Di kelas, saya menceritakan kepada peserta didik dari awal kegiatan peringatan hari ibu internasional mulai dari sejarah orang Sunda, budi pekerti luhur orang Sunda (Handap Asor, silih asah, silih asuh, silih asih, hirup sauyunan) untuk senantiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Selain itu, saya menjelaskan bahwa kegiatan lomba yang diikuti oleh peserta didik semata-mata agar mereka menyukai dan mencintai budaya Sunda termasuk seni sastra nya. Saya menjelaskan bahwa lomba tersebut bukanlah akhir dari puncak peringatan akan tetapi awal dari peserta didik untuk senantiasa “ngamumule Budaya Sunda”.
Dari lomba yang diikuti tersebut, peserta didik menjadi berani untuk tampil meskipun secara daring dan mau bersaing dengan sesama temannya, dan yang terpenting melatih agar mereka ikhlas dengan segala ketentuan dan mampu menghargai kelebihan sesama temannya. Perlombaan yang digelar dalam rangkan peringatan hari bahasa ibu internasional banyak memberikan pelajaran positif bagi peserta didik dan bisa dijadikan sarana menumbuhkan karakter baik bagi mental peserta didik.
Sebagai seorang guru, kita harus bisa memanfaatkan setiap moment agar bermanfaat bagi peserta didik. Penanaman karakter tidak semata-mata dilakukan dalam pembelajaran secara terstruktur, akan tetapi melalui moment-moment tertentu pun harus bisa dijadikan sarana penanaman karakter peserta didik. Semoga kita sebagai seorang guru bisa pandai dalam memanfaatkan situasi untuk kebaikan peserta didik dan kemajuan dunia Pendidikan pada umumnya.***